Lihat ke Halaman Asli

Wingko Babat Hijrah dari Lamongan ke Semarang

Diperbarui: 16 Februari 2023   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika bertugas ke Kabupaten Lamongan kami diajak mampir ke kecamatan Babat. Rupanya disitu ada pusat pembuatan kue Wingko. Selama ini yang lebih populer Wingko Babat itu dari Semarang. Bagaimana ceritanya itu, ibarat peri bahasa "Kerbau punya susu, sapi punya nama". Tetapi ini sejatinya produk makanan yang diwariskan secara turun temurun.

Sejarah wingko babat khas Semarang ternyata berasal dari Lamongan, Jawa Timur. Konon Sejak tahun 1800an Wingko di daerah Babat Lamongan sudah dibuat orang, sedangkan di Semarang baru dikenal diseputaran tahun 1900an.

Jajan tradisional dari Lamongan ini terbuat dari tepung ketan dan kelapa parut.  Rasa gurih khas kelapa parut membuat sajian ini cocok disantap bersama teh maupun kopi manis serta merupakan sumber energi untuk menambah tenaga dalam beraktivitas.

Awal mula ceritanya jajanan ini dibuat oleh warga Tionghoa yang menetap di Babat Lamongan Jawa Timur. Kemudian  usaha pembuatan kue ini dilajutkan oleh anak-anak mereka. Kemudian ada anaknya yang hijrah ke Semarang dan disana melanjutkan usaha pembuatan kue yang diwariskan orang tuanya dengan nama tetap wingko Babat.

Bentuk wingko dari Semarang bulat kecil dikemas dalam bungkusan kertas. Di Babat yang kami lihat di tempat pembuatannya bentuknya juga bulat tetapi lebih besar. Bahkan di kota-kota seperti Yogyakarta, Magelang, Bandung, dan lain-lain ada yang di dijual dalam potongan segi empat. Namun,apapun bentuk tampilannya kue ini memang tetap gurih dan manis rasanya.

Banyak kue-kue jajanan tradisional dari berbagai daerah yang cukup terkenal seperti bakpia dari Yogyakarta, bolu rampah dari Massar, bolu meranti dari Medan, bolu kemojo dari Pekanbaru dan banyak lagi.

Rekayasa makanan semakin banyak mewarnai dunia Kuliner Indonesia. Meski demikian tentu perlu pula diperhatikan aspek nilai gizinya. Jangan sampai hanya karena mengikuti selera lidah, lalu kesehatan badan dikupakan. 

Memang makanan-makanan sekarang tinggi kalori karena padat gula, lemak, garam ditambah pula dengan berbagai zat pengawet. Maka lengkaplah faktor-faktor pemicu timbulnya penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes dan jantung koroner. Karena itu bijak-bijaklah memilih makanan. Memanjakan lidah bole-boleh saja, tetapi harud tetap waspada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline