Lihat ke Halaman Asli

Kalumpe Masakan Olahan Daun Kaspe

Diperbarui: 24 November 2022   04:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada lirik lagu "aku anak singkong, kamu anak keju". Mungkin lirik lagu ini dapat dimaknai sebagai pembeda generasi tempo dulu dan zaman now. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia singkong memang tidak asing lagi. Apalagi di perdesaan, khususnya di jaman-jaman makanan pokok utamanya beras sangat terbatas. Inilah persediaan pangan untuk menyambung hidup dalam keluarga.

Bukan hanya umbinya tanaman yang nama Latinnya Manihot Utilisima ini yang dapat dimanfaatkan, tetapi juga daunnya. Daunnya dapat dijadikan lalapan bahkan diolah menjadi beragam masakan sayuran.

Setiap daerah punya viri khas sendiri dalam mengolah daun singkong ini. Salah satunya adalah Kalumpe atau disebut juga karuang yang menjadi menu tradisional suku Dayak  yang dapat ditemukan di Kalimantan Tengah. Kalumpe dalam bahasa Dayak berarti "sayur".

Sayur daun singkong khas Kalimantan Tengah ini olahannya sederhana. Daun singkong ditumbuk halus, diracik dengan berbagai bumbu rempah, ada lengkuas, serai, bawang merah, bawang putih lalu diberi kuah santan. Dimasak dengan terong pipit. Ketika  menikmati kalumpe dipadankan dengan nasi hangat, ikan asin, dan sambal terasi.

Melihat tampilan Kalumpe mirip dengan sayur daun ubi tumbuk dari Sumatera Utara. Sedangkan gulai daun singkong, daun singkongnya tidak dihaluskan.

Kandungan zat gizinya cukup banyak, ada beta karoten bahan untuk vitamin A, vitamin B1, vitamin B6, vitamin C. Juga berbagai mineral seperti magnesium, zat besi, zinc. Selain itu, daun singkong tinggi serat,serta mempunyai kadar kalori dan lemak rendah.

Menurut catatan referensi tanaman singkong atau ketela pohon ini sudah dikenal sejak zaman pra- sejarah. Konon berasal dari Brazil dan Paraguay di Amerika Selatan. Kemudian tersebar keseluruh dunia Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok.

Singkong atau cassava (Manihot Utilisima) mudah ditanam. Nama lokal di berbagai daerah macam-macam. Ada yang menyebutnya kaspe, puhung, kasbi, sampeu bahkan di Lamongan namanya menyok.

Kini dengan sentuhan teknologi moderen citranya terangkat kepermukaan Dunia kuliner. Di setiap toko oleh-oleh dapat dijumpai dalam beragam kemasan yang menarik untuk dibawa oleh para wisatawan sebagai buah tangan. Kripik singkong, misalnya diolah dengan beragam tambahan rasa. 

Ada yang pedas berlevel, level satu, dua, dan seterusnya. Semakin tinggi levelnya semakin pedas rasanya. Ada juga yang dicampur keju. Jadi zaman now budaya  "anak singkong dan anak keju" dikombinasikan. Perpaduan  zaman kolonial dan melinial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline