Lihat ke Halaman Asli

Rotan Muda Jadi Santapan

Diperbarui: 23 November 2022   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ok"Tak ada rotan, akarpun jadi" begitu kata pepatah. Ini dapat dimaknai kalau apa yang dibutuhkan tidak tersedia, alternatifnya apa pun yang ada dapat dimanfaatkan.

Tapi kalau di Kalimantan tengah memang umbut rotan muda yang dimanfaatkan sebagai makanan. Namanya Juhu Umbut Rotan. Rotan muda (tunas) setelah diolah teksturnya seperti rebung, krenyes-krenyes renyah, tidak keras seperti kayu.

Juhu Umbut Rotan memang makanan warisan para leluhur suku Dayak di Kalimantan. Dulu tunas rotan yang digunakan juga pilihan tidak sembarangan.  Dipetik langsung dari hutan.

Tumbuhan rotan berduri, jadi duri-duri ini harus dibersihkan. Dipotong kecil-kecil dimasak dengan santan atau tanpa santan. Kini Umbut rotan tidak perlu lagi susah-susah dicari ke hutan. Di Palangkaraya Kalimantan Tengah sudah ada di jual di super-market. Umbut rotan ini selain seratnya tentu tinggi juga sumber kalsium dan kalium.
Seperti diketahui serat baik untuk pencernaan Dan mengikat partikel-,partikel- lemak untuk dibuang dari dalam tubuh. Sedangkan kalsium diperlukan dalam proses pembentukan tulang dan gigi. Kalsium baik bagi orang-orang lanjut usia.

Olahan umbut rotan ini kalau sudah mencobanya tentu meninggalkan rasa unik krenyesnya di lidah. Apa lagi padanannya ikan patin bakar, sambal serai atau terung. Bahkan ada pula yang menyantapnya bersama mandai, yakni olahan kulit cempedak. Lengkap sudah pemanfaatan apa yang ada dalam alam lingkungan sebagai sumber pangan.

Sebagian besar rotan ditemukan dari hutan di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara. Ada juga di Afrika, dan Asia.

Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Sejatinya dalam hutan yang banyak rotannya orang lebih suka mengambil rotan dari pada kayu. Jadi secara tidak langsung menjaga kelestarian kayu-kayu yang ada di hutan.

Kuliner tradisional memang banyak yang unik dan sejatinya wujud dari menyatunya kehidupan dengan alam sekitar yang penuh dengan kearifan lokal. Upaya pelestariannya tentu perlu digalakkan agar tidak tersisih akibat terpaan kuliner moderen yang semakin menderas serta ditunjang oleh teknologi canggih. Jika tidak hati-hati, ibarat pisau bermata dua, disatu sisi membawa kemaslahatan, disisi lain dapat merugikan kesehatan badan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline