Lihat ke Halaman Asli

Daun Katuk Tak Sekadar Pelancar ASI

Diperbarui: 4 November 2022   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menarik untuk disimak, beberapa waktu lalu pernah beredar video berdurasi singkat. Isinya menayangkan seorang pejabat setingkat Menteri memberi contoh mengonsumsi menu sehat. Ternyata yang disantap beliau adalah sayur daun Katuk.

Daun Katuk banyak dikenal masyarakat sebagai sayuran yang bermanfaat bagi ibu-ibu hamil dan menyusui. Fungsinya dipercaya untuk meningkatkan Produksi Dan memperlancar Air Susu Ibu (ASi). 

ASI merupakan makanan paling ideal untuk bayi karena kandungan zat gizinya yang dibutuhkan untuk bertumbuh kembang lengkap. Karena ini bagi ibu-ibu yang melahirkan dianjurkan untuk segera memberikan ASInya. 

Kolostrum mengandung protein dan vitamin A dalam jumlah tinggi. Komposisi ini baik untuk kesehatan pencernaan bayi yang baru dilahirkan. Kandungan immunoglobulin pada kolostrum juga membantu melindungi usus bayi yang baru saja dilahirkan.

Tanaman yang sudah dikenal sejak Abad ke 16 ini konon berasal dari kawasan Asia Tenggara. Sebuta bagi tanaman  di beberapa daerah cukup beragam. Di Jawa disebut katukan atau babing. Orang-orang Minangkabau menamakannya simani. Di daerah Bali dikenal dengan nama kayu manis. Bahkan orang Cina, Melayu, dan Vietnam menyebutnya masing-masing dengan nama Mani cai, cekur manis dan rau ngot.

Tanaman Katuk berupa semak dapat tumbuh baik pada daerah-daerah dengan ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut, baik yang beriklim tropis maupun sub-tropis. Daunnya  mengandung flavonoid dan polifenol yang bersifat antioksidan yang kadarnya cukup tinggi. Ada juga protein, vitamin A, Vitamin B, vitamin C, zat besi, kalsium, fosfor, magnesium dan sebagainya.

Pada umumnya daun Katuk dikenal mampu     meningkatkan Produksi dan pelancar ASI karena mengandung hormon prolaktin. Namun rupanya tidak hanya meningkatkan produksi ASI, tetapi juga dipercaya dapat mengendalikan kadar gula dalam darah, mencegah obesitas, mengatasi peradangan, mengatasi flu karena mengandung efidrin dan sebagainya.

Namun sebagaimanapun juga, lazimnya penggunaan obat-obatan herbal selalu dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter. Hal ini mengingat pada kondisi Kesehatan tertentu seseorang dapat saja memunculkan efek sampingan.

Ada kata bijak yang berbunyi jadikanlah makanan obatmu, bukan obat jadi makananmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline