Lihat ke Halaman Asli

Abul Muamar

Editor dan penulis serabutan.

Soal Puisi, Ibu Sukmawati Bisa Belajar dari CR7

Diperbarui: 4 April 2018   17:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Alessandro Di Marco/EPA-EFE

Cristiano Ronaldo menunjukkan kepada kita bahwa puisi juga bisa dibuat tanpa kata-kata.

***

Selasa malam waktu Italia (3/4/2018), atau Rabu dini hari waktu Indonesia (4/4/2018), di Stadion Allianz, Turin, dalam laga leg pertama babak perempat final Liga Champions Eropa musim 2017/2018 antara Juventus melawan Real Madrid, Ronaldo mempertontonkan aksi yang sungguh sangat sensasional. Ia memborong dua gol dan menyumbang satu assist bagi kemenangan 3-0 Real Madrid atas tim tuan rumah.

Yang paling mengagumkan adalah gol kedua Ronaldo, yang ia kreasi dengan tendangan salto. Memanfaatkan umpan silang Dani Carvajal dari sisi kanan, peraih lima gelar Ballon d'Oritu melesakkan tembakan balik badan dengan lompatan yang sungguh menakjubkan. Uerosport mencatat, Ronaldo melompat setinggi 2,3 meter. Dan Buffon, kiper gaek nan berpengalaman itu, tak berkutik dan cuma bisa menatap bola merobek gawangnya.

Saya tak berkedip barang sedetik pun saat gol itu lahir. Bulu roma saya tegak berdiri karena begitu terharu. Bukan lantaran saya fans Real Madrid sejak kecil dan pengagum sosok kapten Timnas Portugal itu, melainkan karena gol tersebut, bagi saya, sungguh sangat indah sekali. Puitis bahkan!

Bagaimana sebuah gol, sebuah aksi dalam sepakbola, bisa dikatakan puitis? Saya punya argumen, tentunya. Penyair ternama Indonesia, Joko Pinurbo, pernah bilang bahwa puisi yang murni lebih sering bukan berupa kata-kata. Justru, acapkali "puisi" itu menjadi berkurang, bahkan lenyap, kadar kepuisiannya ketika (dipaksa) diejawantahkan ke dalam kata-kata, terutama oleh orang-orang yang gagal mentranskripkan "puisi" itu dengan tepat. Penyair saja sering gagal, apalagi yang bukan penyair dan mengaku-ngaku penyair.

"Kicau burung yang kita dengar saban pagi itu puisi. Suara hujan yang turun di tengah malam saat orang-orang tertidur, itu juga puisi. Suara sendok yang dipukulkan ke mangkuk oleh pedagang mi ayam yang jualannya tak laku yang sayup-sayup terdengar dari balik tembok rumah kita, itu juga puisi," kata Jokpin.

Selanjutnya, kata beliau, puisi (atau "puisi") yang baik adalah puisi yang menggetarkan hati banyak orang. Jika itu benar, maka gol salto Ronaldo sudah memenuhi kriteria itu. Lihatlah bagaimana efek dari aksi atraktif yang dilakukan pemain 33 tahun itu. Tidak hanya suporter Real Madrid, pendukung Juventus pun turut melakukan aksi standing applause(berdiri untuk bertepuk tangan) untuk mengakui keindahan gol itu. Dan Ronaldo, sebagai aktor, sebagai "seniman" yang mengkreasi gol tersebut, tak lantas menyombongkan diri. Sebaliknya, CR7--julukan sang pemain--memberikan gestur tangan dirapatkan ke dada, sebagai tanda terima kasih kepada fans Juventus, yang sebelum gol tersebut lahir, tak henti-hentinya menyorakinya.

"Saya tidak tahu apakah gol Cristiano Ronaldo itu yang terbaik di sepanjang sejarah sepakbola. Namun, yang pasti, itu adalah gol yang luar biasa. Anda bisa mengucapkan selamat untuknya atas apa yang ia lakukan," kata pelatih Juventus, Massimiliano Allegri.

Di luar lapangan, gol "puitis" Ronaldo itu juga mendapat pengakuan dari banyak atlet kawakan. Bintang NBA, Lebron James menulis di akun Instragram-nya: "Are you not entertained!?!? @cristiano. That's just not even fair. Nasty!!" (Apa kau tidak terhibur? @Cristiano. Itu sungguh tidak adil. Dasar!!)

Tak ketingggaan, Gianluigi Buffon, sebagai "korban" keganasan Ronaldo, juga angkat topi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline