Lihat ke Halaman Asli

Kang Aboe

Buruh Migran

Sumpah Pemuda Bagi TKI: antara Nasionalisme dan Internasionalisme

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Momen peringatan hari Sumpah Pemuda seakan mengingatkan kembali akan kesadaran berbangsa, berbahasa dan rasa nasoinalisme kita pada negara tercinta. Bagi yang tinggal jauh di negeri rantau, momen ini menjadi teramat penting mengingat sebagai bagian dari komunitas Internasional, masyarakat Indonesia di luar negeri senantiasa diuji keasadaran kebangsaannya. Ketika menginjakkan kaki di negeri Arab, bekerja untuk sekedar mencari sesuap nasi  dan tambahan dana untuk bangun rumah, beli motor, tanah dan lain sebagainya, he...saya menduga bahwa orang-orang Arab yang mayoritas Muslim ini akan menjadi saudara seagama dan akan senang menerima dan bergaul dengan kita warga Indonesia sebagai penduduk Muslim terbesar di dunia. Ternyata dugaan saya meleset kalau tidak seratus persen minimal setengahnya, mereka kebanyakan masih lebih bangga dengan identitas ke-Arabannya daripada ke-Muslimannya. Rasa nasionalisme arabnya lebih menonjol dibandingkan rasa persaudaraan seagama. Rupanya dengan menunjukkan identitas ke-Arabannya, mereka ingin menujukkan pada dunia bahwa ras dan bangsa mereka bukanlah bangsa pecundang seperti yang sering digambarkan selama ini, Arab dikuasai Israel. Jangan heran kalau dalam pergaulan sehari-hari mereka lebih respek kepada rekan sesama Arab daripada rekan sesama agama dari bangsa lainnya. Selain faktor kesamaan ras, bahasa dan bangsa, alasan sejarah dan politik lebih mempersatukan rasa nasionalisme orang-orang Arab di berbagai belahan dunia. lain Arab, lain pula India. Ada yang menarik dari negara asal Shah Rukh Khan dan si cantik Aishwarya Rai ini. Negara India memiliki berbagai macam suku, bahasa, agama dan budaya, sama majemuknya seperti negara kita. Namun dalam pengamatan saya sehari-hari selama menjadi TKI, masyarakat India sangatlah unik dalam berhubungan dan bergaul dengan sesama warganyanya. rupanya tak semua orang India bisa berbahasa Hindi sebagai bahasa nasionalnya. Mereka lebih banyak mengunakan bahasa lokal kalau ngobrol dengan sesama daerah asalnya atau malah menggunakan bahasa Inggris meskipun ngobrol dengan sanak familinya. Entah bagian dari trend atau memang sebagai bentuk kebanggaan rasa ke-Indiaannya, di mana bahasa Inggris diakui sebagai bahasa nasioanal kedua India setelah bahasa Hindi.  Jangan ditanya kalau soal nasionalisme orang India, diberbagai belahan dunia mereka tak segan menunjukkan identitas ke-Indiannya. Mulai dari cara berpakaian, makanan, hiburan dan bahkan olahraganya, mereka sangatlah percaya diri dengan produk dan budaya mereka sendiri. Dari sini saya beranggapan kalau ide atau mimpi Internasionalisme Negara atau kekhalifahan seperti yang digembor-gemborkan sebagian orang, seperti  jauh panggang dari api, sukar terwujud dan tidak realistis. Oleh karenanya ide nasionalisme dianggap masih relevan untuk diterapkan karena berdasarkan fakta, pada hakekatnya sejarah umat manusia selalu dikotak-kotakan berdasarkan ras, suku, bangsa dan bahasanya. Akan tetapi ide nasionalisme kebangsaan juga bukan tidak mungkin akan menjadi ide usang atau ditinggalkan suatu saat nanti bila kita tidak dengan sadar merealisasikan dan mentransformasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah kehidupan dan pergaulan yang semakin mengglobal dan menginternasional, rasa nasionalisme kebangsaan haruslah diwujudkan dengan bentuk kecintaan akan identitas budaya dan kebangsaan kita ditengah pergaulan Internasional. Bagi para TKI dan warga Indonesia yang tinggal di luar negeri, wujud nyata rasa nasionalisme itu bisa dimulai dari hal yang terkecil misalnya mulai dari cara berpakaian ala Indonesia, makan di restoran Indonesia dan memakai produk buatan Indonesia.... Akhirnya salam pemuda Indonesia, marilah kita berikrar : Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline