Lihat ke Halaman Asli

Puncak Kesuksesan

Diperbarui: 6 Juni 2023   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Halo semua perkenalkan namaku Abiyyu Muhammad Baihaqi Wibisono, bisa dipanggil Abi. Jadi pada artikel kali ini aku akan menganalogikan arti dari puncak kesuksesan melalui sebuah cerita. Jadi sukses sendiri itu apasih? Sukses bisa diartikan sebuah keberhasilan, terlepas apapun keberhasilan itu. Oke bisa langsung disimak cerita dibawah ini yaa!!

Mentari masih bersembunyi di balik selimut putihnya. Tetapi tidak dengan seorang remaja di sudut kota itu. Dibalik kaca yang masih berembun, dia sudah harum dengan aroma khas parfumnya. Tubuh atletisnya sudah tertutup pakaian khas seorang pendaki. Kaki jenjangnya juga sudah terbungkus sepatu gunung hitam favoritnya. 

Aris namanya, pemuda usia 20 tahun ini memang memiliki hobi yang berhubungan dengan alam bebas. Ia meraih tas cariernya hendak memasukan barang yang perlu dibawa untuk menemaninya mendaki gunung. Ini bukan pertama kali Aris mendaki. Tetapi pendakiannya kali ini berbeda. Dia sendirian, tanpa teman. Biasanya dia ditemani teman seperkumpulannya sebagai sesama pendaki. Karena itulah, tentu ia perlu mental yang kuat, perbekalan cukup, dan sikap pantang menyerah.

Selepas mengemasi barangnya, Aris meninggalkan kamarnya. Dengan mengambil kunci mobil jeep di meja belajar samping tempat tidurnya, ia siap berangkat. Kakinya perlahan ia langkahkan menuju garasi. Mengeluarkan si blacky, jeep kesayangannya hadiah dari sang ayah. Bicara tentang orang tua, Aris beberapa bulan ini tinggal sendiri di rumah. Tidak, orang tua Aris belum meninggal, mereka hanya sedang ada beberapa pekerjaan di luar negeri. Ayah Aris selalu mendukung Aris dalam berbagai hal, terutama masalah mendaki seperti ini. Ayahnya yang mengenalkannya pada hobi ini. Mengenalkan seluk beluk pendakian pada Aris kecil yang matanya berbinar saat mendengar kata gunung.

Setelah membuka pintu gerbang, si blacky melaju perlahan ke arah menuju gunung. Meninggalkan kesibukan dan hingar bingar kota menuju alam yang asri. Perjalanan yang ia lalui tenang dan tanpa hambatan. Di tengah perjalanan, ia menepikan mobilnya di salah satu warung kecil. Mengisi perutnya yang sedari tadi sudah bernyanyi. Setelah selesai menyantap makanan di warung itu, ia kembali melanjutkan perjalanannya. Konon kabarnya di puncak gunung yang Aris tuju terdapat pemandangan yang sangat indah.

Ketika sampai di lereng gunung, terlihat sebuah rumah kecil yang dihuni oleh seorang kakek tua. Setelah menyapa pemilik rumah, Aris segera mengutarakan maksudnya. “Kek, saya ingin mendaki gunung ini. Tolong tunjukkan jalur yang paling mudah untuk mencapai ke puncak gunung.” Si kakek dengan enggan mengangkat tangan dan menunjukkan tiga jari ke hadapan Aris, “Ada tiga jalan untuk menuju puncak gunung ini. Kamu bisa memilih jalur sebelah kiri, tengah, atau sebelah kanan,” jawab si kakek. “Kalau saya memilih sebelah kiri?” tanya Aris. “Jalur sebelah kiri ada banyak bebatuan,” jawab si kakek pendek sambil berbalik masuk ke dalam rumah.

Aris bergegas melanjutkan perjalanannya. Beberapa waktu kemudian, Aris terlihat kembali di depan pintu rumah si kakek. “Saya tidak sanggup melewati terjalnya batu-batuan,” keluhnya. “Jalan sebelah mana lagi yang bisa aku lewati?” Si kakek dengan tersenyum mengangkat lagi tiga jari tangannya sambil menjawab, “Pilih saja sendiri, jalur sebelah kiri, tengah atau sebelah kanan?” “Hmmmm, jika saya memilih jalur sebelah kanan?” tanya Aris lagi. “Jalur sebelah kanan banyak semak berduri” jawab si kakek.

Setelah beristirahat sejenak, Aris kembali berangkat untuk mendaki. Tak lama kemudian, dia kembali lagi ke rumah si kakek. Sambil mengatur napas, Aris berkata, “Saya sungguh-sungguh ingin mencapai puncak gunung. Jalur sebelah kanan dan kiri telah  saya tempuh, tapi rasanya saya tetap berputar-putar di tempat yang sama. Saya tidak berhasil mendaki ke tempat yang lebih tinggi dan harus kembali kemari tanpa hasil. Tolong tunjukkan jalur lain yang lebih rata dan lebih mudah agar saya sukses mendaki hingga ke puncak gunung.”

Si kakek dengan serius mendengarkan keluhan Aris. Kemudian sambil menatap tajam, dia berkata tegas, “Anak muda, jika kamu ingin sampai ke puncak gunung, tidak ada jalan yang rata dan mudah! Rintangan berupa bebatuan dan semak berduri, harus kamu lewati, bahkan kadang jalan buntu pun harus kamu hadapi. Selama keinginanmu untuk mencapai puncak itu tetap tidak goyah, hadapi semua rintangan! Hadapi semua tantangan yang ada! Jalani langkahmu setapak demi setapak, kamu pasti akan berhasil mencapai puncak gunung itu. 

Jangan lupa, nikmati juga pemandangan yang luar biasa. Mengerti?” Dengan takjub Aris mendengar semua ucapan si kakek. Lalu, sambil tersenyum gembira, dia  menjawab, “Saya mengerti, saya mengerti. Terima kasih! Saya siap menghadapi selangkah demi selangkah setiap rintangan dan tantangan yang ada. Tekad saya makin mantap untuk mendaki lagi sampai mencapai puncak gunung ini.” Dengan senyum puas, si kakek berkata, ”Anak muda, aku percaya kamu pasti bisa mencapai puncak gunung itu.”

Untuk mencapai kesuksesan seperti yang kita inginkan, sama seperti analogi mendaki gunung tadi yang udah kuceritain diatas. Tidak ada jalan pintas dan mudah untuk menuju kesuksesan. Sewaktu-waktu, rintangan,  kesulitan, dan kegagalan selalu datang menghadang. Hanya dengan mental dan tekad yang kuat, tetap menjaga komitmen dan berjuang tanpa rasa putus asa dalam menghadapi rintangan, kita akan mencapai puncak kesuksesan. Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Sekian terima kasih semua!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline