Lihat ke Halaman Asli

Abiyyu Aulia Amir

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

Perbandingan Kurs Mengambang dan Kurs Tetap: Implikasi Terhadap Daya Saing Ekspor Dalam Persaingan Global

Diperbarui: 30 Maret 2024   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam era globalisasi ekonomi yang semakin meluas, pasar ekspor menjadi panggung utama bagi negara-negara untuk bersaing mendapatkan pangsa pasar global. Di tengah persaingan yang semakin ketat ini, kebijakan nilai tukar mata uang menjadi salah satu faktor kunci yang secara langsung memengaruhi daya saing ekspor suatu negara. Kurs mata uang yang diterapkan oleh sebuah negara dapat mempengaruhi harga relatif produk ekspornya di pasar internasional, yang pada gilirannya akan memengaruhi tingkat daya saingnya terhadap produk serupa dari negara lain.

Dua pendekatan utama yang digunakan negara-negara dalam mengelola nilai tukar mata uangnya adalah kurs mengambang dan kurs tetap. Kurs mengambang, di mana nilai tukar mata uang ditentukan oleh mekanisme pasar, memberikan fleksibilitas bagi nilai tukar untuk menyesuaikan diri dengan kondisi ekonomi yang berubah. Di sisi lain, kurs tetap melibatkan intervensi langsung dari pemerintah atau bank sentral untuk menjaga nilai tukar pada tingkat tertentu. Dalam konteks persaingan global yang terus meningkat, pemahaman yang mendalam tentang kedua sistem ini dan implikasi terhadap daya saing ekspor menjadi krusial bagi perumusan kebijakan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, analisis perbandingan yang komprehensif antara kurs mengambang dan kurs tetap menjadi penting untuk mengidentifikasi kelebihan, kelemahan, serta dampaknya terhadap pertumbuhan dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Kurs mengambang merupakan sistem di mana nilai tukar mata uang ditentukan oleh kekuatan pasar, terutama dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran mata uang di pasar valuta asing. Dalam sistem ini, pemerintah atau bank sentral tidak secara aktif mengintervensi nilai tukar, dan fluktuasi nilai tukar terjadi secara alami sesuai dengan kondisi pasar. Fleksibilitas yang diberikan oleh sistem kurs mengambang memungkinkan negara untuk menyesuaikan nilai tukar mata uangnya sesuai dengan kondisi ekonomi dan kebijakan domestik yang sedang berlangsung. Misalnya, jika suatu negara mengalami tekanan inflasi yang meningkat, maka nilai tukar mata uangnya mungkin akan mengalami depresiasi agar produk ekspor menjadi lebih murah bagi pembeli asing, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekspor. Di sisi lain, jika negara tersebut ingin menarik investasi asing atau menjaga daya beli konsumen domestik, mereka dapat memilih untuk menghargai mata uangnya.

Fleksibilitas kurs mengambang memungkinkan negara untuk menyesuaikan nilai tukar sesuai dengan kondisi ekonomi dan kebijakan domestik, namun, hal ini juga dapat menyebabkan volatilitas yang tinggi dan ketidakpastian bagi pelaku ekspor. Fluktuasi yang tidak terduga dalam nilai tukar dapat mengganggu perencanaan bisnis dan mengurangi kepercayaan pasar. Selain itu, kebijakan moneter yang kurang konsisten atau transparan dari pemerintah dapat meningkatkan risiko bagi para pelaku pasar.

Sebaliknya, dalam sistem kurs tetap, nilai tukar mata uang ditetapkan oleh otoritas moneter negara dan dipertahankan pada tingkat tertentu melalui intervensi pasar. Otoritas moneter menggunakan cadangan devisa untuk membeli atau menjual mata uang domestik agar tetap pada nilai yang ditetapkan. Stabilitas nilai tukar yang dijamin oleh kurs tetap memberikan kepastian kepada pelaku bisnis dan investor mengenai biaya dan pendapatan mereka dalam transaksi ekspor dan impor. Ini memungkinkan perencanaan yang lebih baik dalam hal investasi, produksi, dan pemasaran produk ekspor, karena mereka dapat mengandalkan nilai tukar yang konsisten dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Namun, tantangan muncul dalam mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan dalam sistem kurs tetap, terutama dalam menghadapi tekanan dari pasar internasional yang mungkin menginginkan nilai tukar yang berbeda. Ketika nilai tukar mata uang dipertahankan pada tingkat yang tidak sesuai dengan kondisi pasar yang sebenarnya, intervensi yang berulang dari otoritas moneter bisa menjadi mahal dan sulit dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu, tekanan dari spekulan mata uang atau perubahan dalam kondisi ekonomi global dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam sistem kurs tetap, yang pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas ekonomi nasional.

Perbedaan dalam sistem kurs mengambang dan kurs tetap memiliki implikasi yang signifikan terhadap daya saing ekspor suatu negara dalam konteks pasar global yang kompetitif. Dalam kurs mengambang, fluktuasi nilai tukar mata uang memiliki dampak langsung terhadap harga relatif produk ekspor dibandingkan dengan pesaingnya. Ketika mata uang domestik menguat, harga produk ekspor menjadi lebih mahal bagi pembeli asing, yang dapat mengurangi daya saing produk tersebut di pasar internasional. Sebaliknya, jika mata uang domestik melemah, harga produk ekspor menjadi lebih murah dan lebih menarik bagi pembeli asing, yang dapat meningkatkan daya saing produk tersebut di pasar global.

Di sisi lain, dalam sistem kurs tetap, stabilitas nilai tukar memberikan kepastian harga bagi produk ekspor dalam jangka waktu tertentu. Hal ini memberikan keuntungan bagi produsen dan eksportir dalam perencanaan bisnis jangka panjang, karena mereka dapat memproyeksikan pendapatan mereka dengan lebih akurat. Namun, kurangnya fleksibilitas dalam nilai tukar dapat menyulitkan penyesuaian terhadap perubahan kondisi pasar, seperti fluktuasi permintaan global atau perubahan dalam biaya produksi. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan nilai tukar dapat menyebabkan produk ekspor menjadi lebih mahal atau lebih murah secara relatif, tergantung pada perubahan kondisi ekonomi, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi daya saing produk tersebut di pasar internasional.

Perbandingan antara sistem kurs mengambang dan kurs tetap memiliki implikasi yang signifikan terhadap daya saing ekspor suatu negara dalam konteks globalisasi ekonomi yang semakin meluas. Kurs mengambang memberikan fleksibilitas yang besar bagi negara untuk menyesuaikan nilai tukar mata uangnya sesuai dengan kondisi ekonomi dan kebijakan domestik, namun, volatilitas yang tinggi dan ketidakpastian yang dapat terjadi dapat mengganggu perencanaan bisnis dan mengurangi kepercayaan pasar. Di sisi lain, kurs tetap memberikan kepastian harga bagi produk ekspor dalam jangka waktu tertentu, yang menguntungkan bagi produsen dan eksportir dalam perencanaan jangka panjang, namun, kurangnya fleksibilitas dapat menyulitkan penyesuaian terhadap perubahan kondisi pasar, yang dapat mempengaruhi daya saing produk ekspor di pasar internasional.

Dengan demikian, pemilihan sistem kurs mata uang harus mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik ekonomi nasional serta tujuan jangka panjang dalam meningkatkan daya saing ekspor. Penting bagi pemerintah untuk merancang kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan ekonomi domestik mereka serta untuk memonitor perubahan dalam kondisi pasar global untuk memastikan kelangsungan daya saing ekspor dalam jangka panjang. Selain itu, keseimbangan antara fleksibilitas dan stabilitas dalam pengelolaan nilai tukar juga penting untuk menjaga stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang kedua sistem ini dan implikasinya terhadap pertumbuhan dan stabilitas ekonomi menjadi krusial bagi perumusan kebijakan ekonomi suatu negara dalam era globalisasi ekonomi yang semakin kompleks ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline