Lihat ke Halaman Asli

Menembus Batas

Diperbarui: 26 Februari 2016   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penerus Bangsa

Kita sering mendengar “generasi penerus bangsa” dan “kita harus menembus batas”. Apa hubungan dari generasi penerus bangsa dan kita harus menembus batas? Batas apa yang dimaksud dalam hal ini? Kita para kaum remaja, muda-mudi, kaum yang terpelajar, tentu mengetahui bahwa kitalah penerus bangsa ini. Nasib bangsa kita ada di tangan kita, akankah terus hidup dalam keterpurukan bangsa ini atau menyusul kemajuan dan kesejahteraan bangsa lain? Kita adalah bangsa yang hebat, bisa mencetak banyak sekali orang sukses yang mampu bersaing di dunia internasional. Kita harus bangga pada bangsa kita. Tapi bukan berarti kita duduk bersantai menunggu sampai “kehebatan” tersebut lah yang akan menghampiri kita.

Kita tidak akan mendapatkan apapun jika kita hanya diam, tidak mau bergerak untuk mencarinya, karena ada banyak orang di luar sana yang sedang berusaha untuk menggapai impiannya yang juga menjadi impian kalian. Persaingan sangat ketat, ditambah jumlah penduduk yang sangat banyak. Oleh karena itu, kita harus mampu menjual mutu diri kita yang sangat luar biasa. Bagaimana kita bisa mendapatkan mutu diri yang luar bisa? Keluar dari zona nyaman kita. Kita harus mampu menembus batas. Batas yang dimaksud adalah batas kemampuan diri kita. Dari mana kita tahu batas kemampuan diri kita? Dengan banyak mencoba. Mencoba segala hal, segala bidang. Entah yang kita sukai atau tidak sukai. Kita harus mencobanya, dari situlah kita tahu kemampuan kita dan terus mencoba, jangan sampai kesempatan kita dikalahkan oleh umur yang terus menua. Karena disaat kita tidak lagi muda, baru kita menyesal betapa pentingnya pengalaman dalam kehidupan. Semakin banyak pengalaman yang kita dapatkan sejak kecil, semakinlah kita siap untuk menghadapi kehidupan yang keras.

Dunia Nyata

Kita bicara realistis, bahwa dunia ini keras, kehidupan di dunia ini keras. Oleh karena itu buat diri kita lebih keras dari kehidupan dunia, supaya kita mampu mengalahkan tantangan yang ada di dalam dunia ini. Jangan menyerah begitu saja kepada takdir, bahwa sebenarnya diri kita-lah yang membuat takdir itu menimpa diri kita. Jangan berprasah pada keadaan. Kita hidup di masa dimana sangat mudah untuk mendapatkan segala informasi, mengakses segala hal. Namun tetap ada batasnya mana yang seharusnya kita gunakan dan mana yang tidak. Menembus batas bukan berarti segala batas kita lampaui. Melainkan jika orang-orang terbiasa untuk membuang sampah sembarangan karena mudah dan cepat, kita sebagai generasi penerus bangsa mampu membuang sampah tersebut dalam tempat sampah. Kita mampu menahan diri kita dari godaan duniawi. Kita mampu mengasah diri kita untuk kehidupan sesame.

Tidak ada manusia yang mampu hidup sendiri. Oleh karena itu, bersama dengan rekan-rekan yang lain, ayo kita sama-sama bangkit menembus batas diri kita, cari banyak pengalaman, karena tidak akan membuat kita menyesal di hari tua. Kita buat masa depan kita dan bangsa kita secerah mungkin. Tidak terlibat dalam hal-hal negative yang sedang marak, justru kita bantu untuk menumpas hal tersebut. Kenali bakatmu sejak dini, supaya kita tidak dibingungkan dengan banyak profesi mana yang ingin kita tekuni. Karena masa depan bangsa ini, ada di tangan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline