Lihat ke Halaman Asli

Abi rafdi aufar

Mahasiswa universitas andalas

Analisis Dampak Konten TikTok: Studi Kasus Siswa SMPN

Diperbarui: 6 Desember 2024   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A.Pendahuluan
TikTok telah menjadi salah satu platform media sosial yang paling digemari, terutama di kalangan generasi muda. Dengan fitur video pendek yang kreatif dan mudah diakses, TikTok menawarkan hiburan instan sekaligus ruang untuk berekspresi. Tak terkecuali bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang menjadikan TikTok sebagai sarana untuk bersosialisasi dan menunjukkan kreativitas. Namun, di balik popularitasnya, muncul pertanyaan mengenai dampak platform ini terhadap perilaku siswa.
Pengaruh TikTok tidak hanya terbatas pada hiburan, tetapi juga dapat memengaruhi pola pikir, gaya hidup, bahkan nilai-nilai yang dianut oleh pengguna muda. Beberapa studi dan pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan berlebihan atau tidak terkontrol dapat berisiko menurunkan konsentrasi belajar, memicu perilaku impulsif, hingga menormalisasi konten yang kurang sesuai untuk usia mereka. Fenomena ini mendorong kekhawatiran di kalangan orang tua, pendidik, dan pemerhati pendidikan.
Selain itu, algoritma TikTok yang dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna dapat menyebabkan kecanduan, terutama pada siswa SMP yang masih berada dalam tahap perkembangan emosi dan kognitif. Ketergantungan pada aplikasi ini sering kali membuat waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar atau beristirahat tersita oleh scrolling tanpa akhir. Hal ini tidak hanya berdampak pada prestasi akademik, tetapi juga kesehatan mental, seperti munculnya perasaan cemas atau rendah diri akibat membandingkan diri dengan konten orang lain.

B.Isi
1.Pengaruh Paparan Konten Negatif TikTok terhadap Perilaku Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan konten negatif TikTok berdampak signifikan pada perilaku siswa. Sebanyak 53,3% siswa masuk dalam kategori "Terpengaruh", sementara 6,6% lainnya masuk kategori "Sangat Terpengaruh". Dampak yang muncul meliputi perubahan cara berpikir, penurunan konsentrasi belajar, dan kecenderungan meniru perilaku negatif yang dilihat di TikTok. Hal ini menunjukkan bahwa platform ini dapat memengaruhi nilai-nilai dan norma sosial siswa jika tidak diawasi dengan baik.
2.Tingkat Paparan Konten Negatif TikTok
Sebagian besar siswa mengakui bahwa mereka terpapar konten negatif di TikTok. Sebanyak 53,3% siswa masuk kategori "Sedikit Terpapar", sementara 43,3% lainnya tergolong "Terpapar". Konten negatif yang sering ditemukan meliputi video dengan tema kekerasan, tantangan viral berbahaya, dan perilaku yang tidak sesuai norma. Paparan ini terjadi karena algoritma TikTok sering menampilkan konten viral tanpa mempertimbangkan usia pengguna.

3.Faktor yang Memengaruhi Adopsi Perilaku Negatif
Beberapa faktor utama yang mendorong siswa mengadopsi perilaku negatif dari TikTok antara lain:
*Kurangnya pengawasan orang tua dan guru: Banyak siswa yang bebas mengakses TikTok tanpa filter atau pengawasan.
*Pengaruh teman sebaya: Tren dan tantangan viral sering kali menjadi dorongan bagi siswa untuk mengikuti konten, meskipun tidak sesuai nilai sosial.
*Rasa penasaran terhadap konten viral: TikTok menarik perhatian remaja dengan fitur-fitur yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan, sehingga siswa terus terpapar konten negatif tanpa disadari.
C.Kesimpulan
Penelitian ini mengungkap bahwa paparan konten negatif TikTok memiliki dampak nyata terhadap perilaku siswa kelas 3 di SMPN. Tingginya paparan dan pengaruh ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya pengawasan, pengaruh teman sebaya, serta algoritma TikTok yang sering menampilkan konten viral tanpa mempertimbangkan dampaknya.
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi permasalahan ini. Pertama, siswa harus diberikan edukasi tentang literasi digital agar dapat lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Kedua, orang tua dan guru perlu meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas siswa di dunia maya, baik melalui pembatasan waktu penggunaan aplikasi maupun diskusi terbuka tentang konten yang dikonsumsi. Ketiga, pembuat kebijakan perlu mendorong platform seperti TikTok untuk memperkuat sistem moderasi konten, terutama yang ditujukan bagi pengguna remaja.
Melalui kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan pemerintah, diharapkan TikTok dapat menjadi sarana yang bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas remaja tanpa mengorbankan nilai moral dan sosial mereka. Dengan langkah ini, dampak negatif dapat diminimalkan, sehingga media sosial dapat menjadi alat pendukung pendidikan dan pengembangan diri bagi generasi muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline