Lihat ke Halaman Asli

"Bocah Ngapa Yak, Ramadhan Gak Puasa?"

Diperbarui: 6 Juni 2018   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ardi...Kalau lu gak puasa, jangan makan di jalanan, kasiaan tong, hormati orang nyang lagi puase," kata Nyak saat mengingatkanku 20 tahun yang lalu. Kini, usiaku 27 tahun, pesan itu seolah masih terus terngiang, meski lima tahun lalu ibuku sudah meninggalkanku untuk selama-lamanya. Kini, diriku sendiri tanpa kedua orang tua, meskipun begitu dengan semangat tetap kulalui perjalanan hidup yang penuh dengan liku.

" Nglamun aja broo...tuh kopinya diminum, jangan pura-pura puasa lu," ujar temanku saat siang hari menawarkanku minuman kopi panas asli Aceh. Entah, puasa tahun ini ingin sekali menjalankan puasa, seolah malu rasanya hati ini, sudah usia besar namun masih saja tidak berpuasa. Teringat masa kecil saat ibuku mengajari puasa "bedugan" untuk melatih puasa. Sekarang boro-boro puasa "bedugan", semakin besar malah puasanya " Godong Pring" alias esuk esuk nodong Piring ( pagi-pagi sudah makan satu piring).

Pergaulan mungkin yang membuatku berubah, ironisnya perubahanku malah semakin parah. Justru membuat semakin jauh dengan Sang Pencipta. Dengan alasan, kerja berat, mikir, panas-panasan akhirnya mengambil kesimpulan sendiri untuk tidak berpuasa. Parahnya, tidak pernah membayar hutang puasa, sampai datang kembali puasa tahun berikutnya.

" Sampai kapan terus-terusan begini ?," ujarku di depan kaca. Bukankah masih ingat pesan orang tuamu untuk bisa menjaga puasa dan ibadah lain agar kelak mereka tiada bisa berdoa untuk mereka. Sekarang boro-boro mendoakan, sholat aja masih bolong-bolong, puasa juga nggak, padahal usia hampir beranjak menuju tiga puluh tahun.

" Hei bro....," tegur teman disampingku, sembari menawarkan kopi panas. Secara refleks, aku bilang," maaf, aku sedang berpuasa". Tentu saja membuat teman di sekitar tertawa terbahak-bahak. " Rupanya lu udah tobat bro...hahaha...," ujar si Carto, teman nongkrong.

"Rupanya untuk kali ini, sementara aku harus hijrah mencari teman yang bisa membimbingku," bisikku lirih.

Ku teringat si Madin, teman SMP lama yang dulu sempat aku olok-olok karena kuanggap sok alim, sok rajin ibadah dan lainnya. Sepertinya tepat untuk kutemui agar bisa membimbingku ke arah lebih baik. Kukesampingkan rasa maluku untuk belajar kepadanya.

" Assalamualaikum din," ujarku melalui telepon

" Waalaikum salam, apa kabar Ardi," sapa Madin yang tidak lupa dengan suaraku.

" Boleh kita bertemu, lama tak bersua," imbuhku

" Insya Allah, nanti sore bisa datang ke Masjid At Taqwa, kita jamaah bersama disana," ajaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline