Lihat ke Halaman Asli

Romantisme Keluarga Setelah 7 Tahun Berlalu

Diperbarui: 23 Mei 2018   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Mengarungi bahtera rumah tangga berjalan 7 tahun, penulis bersama pendamping hidup berlayar menjelajahi lautan cinta. Saat ini sudah memiliki dua buah hati yang membuat suasana lebih bahagia. Romantisme lebih terasa akhir-akhir ini, bercanda tawa bersama istri dan anak dialami oleh penulis lebih maksimal. Meski sebelumnya juga hubungan antara penulis dan anak dengan istri tetap terjaga, namun pertemuan dengan mereka tidak terlalu intens. salah satu penyebabnya adalah situasi pekerjaan.

7 Tahun berlalu baru bisa maksimal Romantis dengan keluarga

Sejak tahun 2011, penulis sudah bekerja di Balai Pengobatan PKU Muhammadiyah Banjarharjo, yang harus ditempuh sekitar 45 menit karena melewati beberapa kecamatan dan Desa. Tuntutan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dijalani penulis sampai akhir tahun 2017. Sehingga, bulan Ramadhan tahun ini bisa full setiap hari berbuka bersama anak dan isteri. Ini merupakan anugerah yang besar di bulan ramadhan berkah ini.

Dok.pribadi

Sebelumnya, selama 6 kali di bulan Ramadhan, tidak bisa maksimal menemani istri berbuka dan sahur karena pekerjaan yang lokasinya jauh. Sehingga, dua hari sekali baru bisa berbuka dan sahur di rumah, satu kali di rumah satu kali di tempat pekerjaan. Shift sore dilanjutkan besoknya shift pagi, sehingga agar tidak bolak balik pulang, semua dilakukan demi kebutuhan rumah tangga.

Keluarga adalah segala-galanya

Kecintaan kita kepada keluarga bisa membawa kepada kebaikan dan membawanya ke Surga. Sebagaiman Firman Allah : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api  neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya  malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allh  terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan  apa yang diperintahkan.
[at-Tahrm/66:6]

Seorang kepala keluarga apabila mencintai keluarganya, maka ia tidak akan menjerumuskan keluarganya dari panasnya api neraka, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memelihara diri dan keluarganya dari api neraka. Dengan membimbing mereka agama Islam, mengajak untuk beribadah, belajar Al Qur'an, Sholat dna ibadah lainnya merupakan salah satu usaha untuk menggiring mereka ke jalan kebaikan yang mudah-mudahan membawanya ke Surga.

Keberkahan akan selalu menyertai ketika memberikan nafkah buat istri, sesuai dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam bersabda :

"Dinar  yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk  membebaskan budak, dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan  dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, pahala yang paling besar  adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu" 

Jangan sampai seorang kepala keluarga (red.Suami) sangat mudah berbagi kepada orang lain, mentraktir  makan teman-teman dengan mewah. Namun ironis, dengan istrinya sendiri malah "nggegem" (mengepal), maksudnya pelit terhadap istri dan anak untuk membelikan sesuatu. sangat dermawan kepada orang lain, namun pelit kepada keluarga dan kerabat, itu merupakan contoh yang tidak patut ditiru. Mestinya, dia lebih mengutamakan keluarga dibanding orang lain, bisa seimbang didalam berbagi.

Berkah anak kedua

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline