Lihat ke Halaman Asli

WAHID HASIM

Baca dan baca lalu tulislah

Esensi Maulid Nabi, Membumikan Semangat Propetik

Diperbarui: 16 September 2024   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Maulid Nabi Muhammad Shallahu 'alaihi wa sallam pada tahun ini bertepatan dengan hari Senin, 16 September 2024. Pada bulan Rabiul awal umat muslim di hampir seluruh  belahan bumi ini ikut merayakan kelahiran Nabi terakhir, Muhammad Rasulullah. Berbagai tradisi dan kebiasaan dilakukan untuk menyambut perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam idolanya. 

Dibeberapa daerah ada yang sengaja menabung, mengumpulkan pundi - pundi uangnya selama sebelas bulan untuk menghormati dam memuliakan bulan kelahiran Rasul Junjungannya. Apakah peringatan Maulid Nabi yang kita rayakan setiap tahun, tepatnya setiap tanggal 12 Rabi'ul Awal yang pada tahun ini jatuh pada tanggal 16 September 2024 Masehi hanya rutinitas perayaan semata? Adakah upaya menggali nilai-nilai keteladanan sirah Nabi yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari? 

Peringatan Maulid Nabi adalah moment penting bagi umat Islam untuk mengingatkan kembali sejarah Nabi, lika liku perjalanan hidupnya dari kelahiran sampai wafatnya. Sifat - sifat dan perangai mulianya yang harus dituruti oleh setiap pribudi muslim. karena memang peringatan Maulid itu sangat bermanfaat. Hali ini sebagaimana dijelaskan dalam Qur'an surat Az Zaariyat ayat 55, "Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin."  

Ayat di ataa menegaskan bahwa fungsi perayaaan Maulid Nabi sejatinya bukan hanya merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam semata. Melainkan untuk mengingatkan sikap dan prilaku kita yang mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad dan risalah yang dibawanya tapi sering melenceng dari platform Rasul Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Peringatan Maulid Nabi juga bagian dari upaya upaya membumikan semangat propetik. Menjalankan ajaran - ajaran yang dibawanya  meneladani jejak langkah perjuangan Rasul pada masa lalu. untuk dipraktekqn dalam kehidupan sehari - hari.

Konsekuensi logis dari setiap insan yang mendeklaraaikan diri sebagai umat Nabi Muhammad dan pemeluk agama yang dibawanya, akan menjadikan peringatan Maulid Nabi sebagai "kaca Benggala", cermin, agar tahu apakah sikap, prilakunya sudah sesuai dengan panutannya atau justru melenceng jauh. Oleh karena itu, jika benar-benar kita mengaku cinta Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. 

Jika kita benar-benar merayakan Maulid Muhammad bin Abdullah, kita akan mengerjakan apa yang ia perintahkan sebaliknya semua yang dibencinya akan kita tinggalkan jauh - jauh, akhlak dan prilaku kita selaraskan dengan sifat - sifat kemuliaannya. Jangan sampai mengaku cinta Nabi, merayakan Maulid nabi dengan meriah tapi pada saat yang sama melalaikan kewajiban yang diperintahkan oleh risalah agama dan perintah Nabinya. Misal, merayakan Maulid Nabi tapi mengabaikan perintah sholat. Merayakan Maulid Nabi dengan mewah berbarengan mebiarkan orang yang masih perlu bantuan dibiarkan. 

Ada bebarapa indikator yang bisa dijadikan barometer kesungguhan cinta kita kepada sang kekasih, rasul Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, mengutip dari kitab nashaihul 'ibaad, yaitu :

Pertama, memilih kata - kata yang biasa diutarakan oleh kekasihnya. Para pecinta Nabi tidak akan membiarkan setiap kata yang keluar dari mulutnya  kalimat yang dituturkannya tidak bermakna, tidak membawa manfaat atau malah membuat gelisah orang yang mendengarkannya - tidak. Ia lebih memilih diam - membisu, daripada berbicara tidak bawa manfaat. 

Hal ini sesuai dengan "arahan" "kekasih" kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam " Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbicaralah yang baik atau (kalau tidak bisa) lebih baik diam". Dalam konteks ini orang mengaku cinta nabi, perkataan yang keluar dari mulutnya selalu pilihan kata yang baik dan menyejukan. Pembicaraannya selalu membawa kebaikan dan kemaslahatan. Tidak terkeluar kata - kata kotor yang menjijikan. Mustahil mengucapkan kalimat yang mengadu domba, memprovokasi, merendahkan yang membawa madharat dan disintegrasi bangsa. 

Kedua,  memilih tempat duduk yang ada kekasihnya. Orang yang menjadikan dirinya sebagai pecinta Rasulullah, dimanapun ada tempat yang disukai Rasul pasti orang itu selalu ada disana. Nabi kita suka dengan majlis dzikir  dan majlis ilmu (farum ilmiah), maka pecinta Nabi akan menjadi orang yang suka mencari ilmu dan ahli dzikir. Ia akan selalu mendatanginya walaupun jauh majlis ilmu dan majlis dzikir jadi faforitnya. Bila mengaku cinta Nabi tapi malas mendatangi majlis ilmu (forum ilmiah) dan majlis dzikir, masjid dan mushola - dusta cintanya pada kekasihnya, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. 

Ketiga, selalu memilih yang menjadi kesukaan kekasihnya. Apa yang disukai kekasihnya pasti akan dipilihnya - itulah logika cinta. Begitu juga dengan sang pecinta Rasul apa saja yang yang diperintahkannya akan selalu para pecinta Nabi kerjakan. Rasul menyuruh mengerjakan kebaikan, sebagai muhibbin pun akan menuruti apa yang diperintahkannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline