Lihat ke Halaman Asli

"Admin Kompasiana Warga Keturunan Tionghoa ya?", Judul Tersebut Rasis Tidak?

Diperbarui: 24 Maret 2016   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertanyaan yang tidak mudah dijawab... karena rasis tidaknya tidak semata-mata terletak pada tulisan yang dikemukakan secara eksplisit, tetapi lebh besar porsinya pada kognisi dan afeksi yang menggerakkan untuk mengemukakan pertanyaan tersebut. Yang mana kognisi dan afeksi itu implisit.

So, rasis tidaknya, yang paling tau sejatinya adalah si empunya pertanyaan tersebut. Apakah pertanyaan tersebut dikemukan dengan prasangka buruk terhadap etnis tersebut atau tidak? Jika dikemukakan dengan prasangka buruk, maka tendensi rasis pun tak terhindarkan. Namun, jika dikemukakan bukan dengan prasangka buruk,  tentunya prasangka baik takkan menghasilkan yang bersifat rasis. 

Sejauh yang dapat saya cerna, salah satu warga kompasiana Revaputra Sugito, merasa dizholimi karena tulisannya dengan judul "Admin Kompasiana Warga Keturuan Tionghoa ya?" dianggap sebagai sesuatu yang rasis. Tetapi tentu saja tidak ada orang yang mau dicap sebagai seorang yang rasis, bahkan seorang yang benar-benar rasis pun tidak akan mengakui dirinya rasis. Karena orang rasis pun menyadari bahwa mempermasalahkan ras orang lain adalah tak bedanya memaksa orang lain untuk mengganti ras-nya. Sesuatu yang tidak mungkin dapat dilakukan. 

Jika mempermasalahkan mata orang yang sipit, orang yang bermata sipit masih bisa melakukan operasi plastik membesarkan mata, membentuk kelopak mata. Jika mempermasalahkan hidung orang yang pesek, orang yang berhidung pesek masih bisa melakukan operasi plastik memancungkan hidung. Tetapi jika yang dipermasalahkan adalah RAS, lalu adakah jalan keluar agar tidak dipermasalahkan? Tentu saja tidak ada cara/jalan untuk mengganti ras.

Kembali ke pertanyaan yang menjadi judul dari tulisan ini, "Admin Kompasiana Warga Keturunan Tionghoa ya?" Judul Tersebut Rasis Tidak?

Semua kata, kata demi kata dalam pertanyaan tersebut adalah kata yang NETRAL, tetapi karena itu adalah sebuah kalimat, dan kalimat tersebut muncul karena sebuah peristiwa, maka konteks dari kalimat tersebut menjadi sangat penting. Kalimat tersebut muncul setelah sebuah tulisan (di antara banyak tulisan lain) Revaputra Sugito yang isinya tidak mendukung Ahok pada pilgub DKI 2017. Ya, Revaputra Sugito secara terang benderang menyatakan dirinya tidak mendukung Ahok, walaupun mungkin dia juga mendeklarasikan diri bukan Anti Ahok. So, Tidak Pro Ahok dan Tidak Anti Ahok, walaupun 9 dari 10 tulisannya terkait Ahok mendiskreditkan Ahok. 

Ahok keturunan Tionghoa, itu semua orang tau. Maka munculah praduga bahwa pertanyaan tersebut terkait dengan etnisitas Ahok. Tetapi hanya dengan dugaan seperti itu tidak kemudian membuktikan bahwa pertanyaan tersebut memang berkonotasi rasis. Walaupun terdapat tendensi dan korelasi yang cukup tampak kasat mata.

Yang menjadi pertanyaan saya adalah, kenapa kata "keturunan Tionghoa" poped up dalam benak Revaputra Sugito, bukan "keturunan Arab", atau "keturunan India", atau "suku Jawa" atau "suku Batak"? Tentu sangat jelas bahwa "keturunan Tionghoa" tersebut terkorelasi dengan etnisitas Ahok. Ahok seorang keturunan Tionghoa. Jadi jika pertanyaan tersebut ditarik lebih jauh, maka akan menjadi "Admin Kompasiana Warga Keturunan Tionghoa ya? Sehingga Admin membela sesama keturunan Tionghoa".

Atau kalau dijawab Admin "Kalau iya mang nape?" 
Sepertinya jawaban Revaputra Sugito, "Pantesan lo bela sesama keturuan Tionghoa".

Cukup jelas khan? Prasangka berdasarkan ras. Disitulah sesungguhnya letak rasisme. 

Tetapi mungkin saja penulis tidak memaksudkan demikian. Tidak masalah. Kita bisa menelaah lebih jauh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline