Transportasi publik ibarat aliran darah dalam tubuh. Kalau aliran darah lancar jaya, maka tubuh pun akan sehat sentosa. Kalau alirannya tersumbat, apalagi acak-kadul, bisa seperti menir kena jantung koroner. Göteborg, atau Sverige (bahasa jawanya Swedia) pada umumnya, memiliki trasportasi publik yang tertata sangat apik. Semua sarana trasportasi via darat, laut, dan udara sudah saling terkoneksi dan terintegrasi. Orang bisa pergi dengan mudah dan cepat dari satu tempat ke tempat lain. Transportasi utama kota ini adalah tram dan bis. Tram adalah kereta listrik pendek dengan dua atau tiga gerbong. Sepanjang jalan utama terlihat dua jalur rel untuk tram. Ada tram yang sudah cukup uzur, sudah tua, terlihat dari bentuknya yang antik. Saya agak heran juga tram ini kok masih bagus mesinnya dan berfungsi dengan baik. Tram yang baru terlihat lebih aerodinamis dengan gerbong yang lebih banyak. Bagian dalam Gerbongnya juga saling terhubung.
Tram yang sudah cukup uzur, bentuknya sedikit antik
Tram yang lebih baru, gerbongnya sudah saling terhubung.
Tram yang paling baru, bentuknya lebih aerodinamis. Bus digunakan untuk meng-cover transportasi ke wilayah yang berbukit-bukit, berkelok-kelok, atau wilayah lain yang tidak bisa dijangkau tram. Busnya juga dibuat mirip seperti tram, panjang-panjang dan ada yang gandeng. Bus ini kalau menurut saya fungsinya mirip angkot untuk puter-puter kota. Menariknya, bus di sini besar-besar dan panjang-panjang. Panjang satu bus mungkin lebih dari 15 m. Ada lagi bus gandeng. Bus gandeng satu panjangnya sampai 20 m dan yang gandeng 2 sampai 25 meter.
Dua macam bis, bis biasa yang ukurannya besar dan bis gandeng 3.
Bis gandeng 2 yang panjangnya sekitar 25 meter.
Bis gandeng 1. Göteborg mirip jakarta (kapan-kapan saya ceritakan kesamaan kota ini dengan batavia). Di sisi selatannya ada gugusan pulau mirip pulau seribu. Göteborg juga dibelah oleh dua kanal besar. Alternatif transportasi untuk menjangkau daerah ini adalah dengan menggunakan kapal. Ada pelabuhan-pelabuhan kecil yang menghubungkan gugusan pulau-pulau ini.
Jalan yg tidak pernah macet
Salah satu sudut jalan di Goteborg yang lebar, sepi, dan tidak pernah macet. Göteborg adalah kota terbesar kedua setelah stockholm. Meskipun salah satu kota terbesar, tetapi jalan-jalan di Göteborg selalu luancar jaya, jalannya lebar-lebar, mobil pribadi sedikit, dan yang jelas tidak pernah macet. Saya jadi ingat kota-kota besar di negeri tercinta, Jakarta, Surabaya, Medan, Makasar, dan kota kecilku Bogor. Di kota-kota ini yang namanya macet adalah makanan sehari-hari. Baru keluar kompek sudah macet. Pagi macet, siang macet, malam pun macet. Pilihannya cuma dua, kalau tidak 'macet' ya...'macet banget'. Kalau hidup di kota-kota 'macet' ini bisa-bisa tua di jalan. Kenapa Göteborg tak pernah macet? Pertanyaa yang mengusik-usik di kepalaku. Jawabannya - kalau tidak salah - jalan-jalan yang lebar. Jalan yang lebar membuat kendaraan bisa lalu lalang dengan leluasa. Mobil-mobil pribadi di sini sedikit. Mobil-mobil di sini dari merek2 terkenal, Volvo, Audi, Mercy, Ferrari, BMW, Peugeot, dan lainnya, tapi ada juga Toyota, Honda, dan Hyundai. Harga mobil juga tidak mahal. Ada temen yang memakai mobil Mercy keluaran tahun 2002, mobil second. Waktu beli mobil itu harganya cuma Rp. 80-90 juta. Harga mobil second yang lebih tua lebih murah lagi, cuma sekitar 20-30 juta. Mobil baru dari merek terkenal harga kreditnya juga murah. Meskipun harga mobil murah, tetapi tidak banyak yang memiliki mobil. Pajak kendaraan di sini muahal banget. Saya tidak tahu pasti jumlahnya. Selain itu biaya parkirnya juga ruar biasa mahal. Bahkan parkir di depan apartemen saja mesti sewa. Biaya parkir sebulan bisa 2500-5000 SEK (kalau dirupiahkan tinggal dikalikan 1200). Parkir dihitung dalam satuan menit yang ditengah kota dan ada juga yang jam-jaman. Tidak ada tukang parkir, karena pakai mesin parkir otomatis. Tapi ada petugas pengecek parkir. Kalau kita lewat waktu parkir dan ketahuan petugas, langsung kena denda. Denda parkir tak main-main. Denda parkir beda-beda di tiap tempat, antara 400-600 SEK. Kalau kita tidak bayar denda parkir, maka akan diserahkan ke kantor 'urusan pemaksaan', semacam dept collector. Bahkan bisa juga diajukan ke pengadilan. Meskipun memiliki mobil sedikit rumit, tetapi pemerintah menyediakan sarana transportasi yang nyaman, aman, murah dan lancar. Jadi, di satu sisi pemerintah membatasi jumlah mobil. Alternatifnya, pemerintah menyediakan sarana transportasi publik yang sangat bagus. Masyarakat Göteborg juga taat mengikuti rambu-rambu lalu lintas. Jarang sekali ada mobil yang melanggar lampu merah atau parkir sembarangan. Orang menyebrang jalan di tempat penyebrangan, meskipun jalannya relatif sepi. Mobil mendahulukan pejalan kaki. Kalau ada orang mau menyeberang, mobilnya mengalah dan berhenti dulu. Naik dan turun penumpang selalu di halte. Tidak ada penumpang yang menghentikan bis atau tram di pinggir-pinggir jalan. Bis dan tram selalu membukakan pintu hanya di halte saja. Di jam-jam sibuk kadang-kadang tram dan bis ngantri mau masuk halte. Tram yang dibelakang, meskipun jaraknya dengan halte tinggal 5 meter tetep saja pintu ditutup dan tak bisa dibuka. Penumpangnya pun sabar menunggu. Baru setelah tram berhenti di tempat yang telah ditentukan, pintu-pintu terbuka dan penumpang keluar. Naik turun penumpang selalu tertib. Penumpang yang turun didahulukan. Setelah semua penumpang turun, baru penumpang baru naik ke tram atau bis. Nggak ada yang menyerobot atau berebut naik duluan. Meskipun penumpang yang ngantri banyak sekali. Orang cacat, para manula, ibu-ibu selalu didahulukan dan mereka punya tempat khusus. Salut....!!!
Selalu on time
Papan penunjuk jadwal kedatangan bus dan tram. Saya juga sangat kagum dengan jadwal trasportasi publik ini. Di setiap halte ada papan penunjuk kedatangan tram atau bis. Ada dua kolom waktu, tram yang akan datang dan tram yang berikutnya. Jadwal penuh setiap angkutan yang melalui halte ini juga ditempel di halte. Jadwal waktu kedatangan dan perkiraan waktu sampai di halte-halte yang lain. Ada juga buku saku kecil yang berisi jadwal tram, bis, atau kapal. Hebatnya, tram atau bis datang hampir tepat waktu. Meleset - lebih cepat atau lebih lambat - sekitar 3 - 4 menit wajar lah. Jadwal waktu tram bisa diandalkan dan bisa digunakan untuk memperkirakan waktu sampai, apalagi kalau sedang janjian. Saya pernah coba cocokkan waktu kedatangan semua angkutan umum, tram, bis, dan kapal, semua datang on time. Jadwal waktu angkutan ini selalu diupdate secara berkala setiap 6 bulan. Jarak waktu antar dua tram di hari kerja kurang lebih 10 menit. Kalau hari akhir minggu (weekend) atau hari libur sekitar 15 menit. Angkutan malam juga jeda waktunya lebih lama. Kalau kita ktinggalan tram, atau tram yang mau kita naiki penuh, kita bisa menunggu tram berikutnya. Jadwal penuh setiap angkutang umum yang berhenti di halte ini.
Stasion utama di tengah kota
Centralstationen yang jadi simpul semua transportasi publik kecuali pesawat terbang dan kapal. Di Göteborg ada tiga stasion atau terminal besar, Centralstationen, Brunsparken, dan Nils Ericson Terminalen. Jaraknya deket sekali. Central stationen dan Nils Ericson terminalen nyambung satu sama lain. Jalan kaki dari Central Stationen ke Brunsparken juga cuma 10 menit. Ketiga-tiganya ada di jantung kota Göteborg. Centralstationen adalah stasion utama (central) untuk bis dan tram. Hampir semua bis dan tram lewat station ini. Central stasion juga tempat kereta antar kota antar propinsi dan antar negara, kita bisa ke Denmark atau Norway dari stasion ini. Banguna central stationen kuno dan antik. Saya belum lihat angka tahunnya, tetapi sepertinya sudah ratusan tahun kalau dilihat dari arsitekturnya. Sepertinya stasion ini termasuk bangunan bersejarah yang dilestarikan. (Banyak bangunan tua di sini, kapan-kapan saya ceritakan juga). Terminal Nils Ericson digunakan untuk bis-bis antar kota, antar propinsi dan juga antar negara. Letaknya berdampingan dengan central stationen. Terminal Nils Ericson terlihat baru dan lebih modern. Tertata rapi dan bersih. Brunsparken tidak jauh dari Central Stationen, jalan kaki sebentar sudah sampai. Di antara keduanya ada mall terbesar di Göteborg - Norstand. Ada semacam koridor yang menghubungkan keduanya.
Kantor pemerintahan yang ada di Brunsparken, di depannya ada patung Gustaf Adolf, Raja Swedia jaman baheula. Letak kantor walikota ada di Brunsparken ini. Jadi stasion brunsparken ada di jantung kota Göteborg. Sebagian besar bis dan tram melalui stasion ini. Di ditengahnya di belah oleh kanal besar. Saya lebih kagum, station ini dan jalan-jalannya tidak pernah macet. Di negeri tercinta - Indonesia Raya - yang namanya stasion atau terminal hampir selalu di pinggir atau di laur kota. Terminal Bogor dipindah dari taman topi yang ada di tengah kota ke Baranang siang, dan kabarnya mau dipindah lagi ke luar kota. Salah satu alasannya : jadi simpul kemacetan kota yang macet - cet. Terminal Umbulharjo ngayojokarto hadiningratan juga dipindah ke Giwangan, pinggir kota. Alasannya sama : menjadi sumber kemacetan. Salah satu kanal yang membelah Brunsparken.
Mengutamakan orang cacat, orang tua, wanita, dan anak-anak
Transportasi publik di Göteborg sangat mengutamakan para orang cacat, manula, dan wanita dengan kereta bayi. Mereka mendapatkan perhatian khusus dan tempat khusus. Saya perhatikan selama ini orang-orang swedia selalu mendahulukan para orang tua, orang cacat, dan orang yang membawa kereta bayi. Tempat khusus untuk mereka ada di bagian depan. Ada tombol khusus. Kalau tombol ini dipencet, akan keluar papan untuk naik kursi roda. Tanpa bantuan orang lain, orang cacat ini bisa naik dengan mudah. Catatan: orang tua dan orang cacat di sini banyak yang pakai semacam kursi roda yang pakai motor listrik. Penumpang normal yang sehat wal afiat bahkan sering dengan suka rela membantu para orang cacat dan manula ini. Meskipun hanya sekedar mencet tombol dan memberi jalan. Orang tua yang pakai tongkat juga dapat tempat duduk khusus. Biasanya di depan atau di tengah dekat pintu keluar. Ada tanda khusus dan juga tombol khusus. Kalau ada orang tua, penumpang yang lain dengan senang hati memberikan tempat duduknya. Pemandangan menarik sekaligus mengharukan.
Kartu Bulanan Västraffik
Satu hal lagi yang membedakan angkutan umum di sini dan di negeri tercinta - Indonesia Raya - adalah kernet. Di setiap tram, bis, atau kapal belum pernah saya temui yang namanya kenek bin kernet. Itu lho... tukang narik uang dan karcis yang ada di angkutan umum. Ada banyak pilihan membayar angkutan umum, tergantung kebutuhan kita. Untuk angkutan seputaran kota Göteborg kita bisa beli tiket untuk satu hari, beberapa hari, sebulan, tiga bulan, enam bulan, sampai satu tahun. Semakin lama waktunya semakin murah ongkosnya. Cara membayarnya pun banyak pilihan. Kita bisa beli tiket di kios-kios yang ada tanda Västraffik. Untuk tiket harian kita cuma dikasih selembar struk, kalau ada pemeriksaan kita tinggal menujukkan struk ini saja. Kita juga bisa membeli di outlet khusus Västraffik yang biasanya ada di stasion-stasion besar. Kita juga bisa beli lewat sms. Di tempat angkutan umum disediakan juga mesin untuk membeli tiket otomatis. Kita bisa membeli dengan uang tunai atau kartu kredit. T A P I ...sopir dan masinis tidak melayani pembelian tiket langsung. Harga tiket ada dua macam, untuk dewasa dan anak-anak. Untuk dewasa lebih mahal, sedangkan untuk anak-anak di bawah 21 tahun (ada juga yang di bawah 26 tahun) harganya kira-kira setengahnya. Harga tiket satu hari adalah 15 kronor (sekitar Rp. 18rb). Kalau bulanan, yang satu bulan harganya 475 Kronor. Tiket ini bisa untuk naik apa saja, tram, bis, dan kapal. Naik turun tram dan bis sampai kaki patah pun boleh. Asalkan masih dalam jangka waktu aktifnya tiket/kartu kita. Kalau naik angkutan umum kita tinggal dekatkan kartu kita ke scanner yang ada di dalam angkutan itu. Kalau lampu hijau menyala berarti kartu kita aktif dan diterima. Kalau lampu merah yang menyala, mungkin kartu kita sudah habis atau mesinnya yang ngadat. Meskipun tidak ada kernet, tapi ada petugas yang sewaktu-waktu memeriksa kartu penumpang. Para petugas ini akan memeriksa setiap penumpang. Penumpang bisa menunjukkan kartu, struk, atau sms bukti pembelian tiketnya. Oh...ya...kalau beli tiket bulanan jangan lupa disimpan struknya bareng dengan kartunya. Penting banget itu dan jangan sampai lupa. Kalau ada penumpang yang ketahuan tidak beli karcis, tidak punya kartu, tidak punya struk, atau tidak bisa menunjukkan sms beli tiket, akan kena denda. Biasanya kalau ada orang yang ke tangkep basah naik tram tanpa bayar akan langsung disuruh turun. Dendanya bukan main-main dan mahal sekali, sekali ketahuan dendanya 1200 kronor atau sekitar Rp. 1,5 juta....Gile bener......!!!!!!!!!!
Terkoneksi dan Terintegrasi
Enaknya lagi angkutan umum di Göteborg saling terkoneksi dan terintegrasi. Salah satunya tentang tiket yang sudah saya sampaikan sebelumnya. Satu tiket atau satu struk bisa digunakan untuk naik semua jenis angkutan: tram, bis, dan kapal. Tidak perlu beli karcis lagi setiap ganti angkutan. Beda banget dengan yang di negeri tercinta - Indonesia Raya. Contoh gampang. Dari rumah saya di Bumipanggugah, Ds Ciomas, Kec. Ciomas, Kab. Bogor, kalau mau ke kantor - jl taman kencana samping kebun raya bogor, kodya Bogor - yang jaraknya cuma sekitar 6 km perlu naik angkot dua kali. Pertama naik angkot kabupaten No. 5A, jalan kaki dulu sampai kaki pegel, lalu naik angkot kota No. 3. Itu saja perlu waktu sekitar 45 menit. Modyaaaarrrr....ora...kowe....!!!!!! Di Göteborg kalau mau pergi dari ujung ke ujung bahkan ke kepulauan sangat mudah sekali. Misal dari Ångered mau ke archipilago, naik tram turun di Brunsparken atau Järntorget, jalan sebentar ke pelabuhan, naik kapal, sudah sampai ke tempat tujuan. Waktunya sama sekitar 45 menit, tapi jaraknya sekitar 70 km. Dukungan webaitenya juga sangat bagus. Kalau kita tidak tahu arah dan jalur angkutan umumnya, tinggal kunjungi http://www.vastraffik.se. Lalu isikan tempat asal dan tempat tujuan. Website Västraffik akan menampilkan pilihan angkutan yang digunakan, lengkap dengan nomor tram/bis/kapal, nomor terminal, jadwal, dan perkiraan waktu tempuhnya. Ck...ck...ck...ck...ck... Västrafik juga menyediakan peta jalur tram, bis, dan kapal. Plus peta kota Göteborg. Peta ini sangat jelas dan mudah dibaca. Kalau kita mau pergi ke suatu tempat, tinggal lihat peta ini. Ukurannya cukup kecil jadi bisa disaku. Salah satu peta selalu ada di saku jaketku, sangat membantu untuk orang-orang yang belum hafal jalur angkutan umum dI kota ini.
Ada juga kelemahannya
[Petugas yang sedang memperbaiki tram yang mogok. Tram mogok cuma sekitar 30 menit, jalur ini jadi sedikit terhambat. Ada 6 tram ngantre di belakang. ] Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula sistem trasportasi di Göteborg. Mungkin tidak banyak kelemahannya, tapi tetap ada. Misalkan saja yang pernah saya alami sendiri. Ketika berangkat pulang, tram yang aku naiki terpaksa berhenti 3 stop sebelum Frölunda, karena ada karet yang nyangkut di rodanya. Karet ini susah diambil, terpaksa memanggil tim bantuan teknis dari Västraffik. Kurang lebih 30 menit baru kelar. Berhubung relnya cuma satu, jadi tram yang dibelakang berhenti semua tidak bisa lewat. Jarak waktu antar tram dengan nomor sama 10 menit, belum tram dengan nomor lain. Ada sekitar 6 tram yang berderet di belakang. Energi tram pakai energi listrik. Saya tidak bisa membayangkan seandainya mati lampu (listriknya mati maksudnya), jalur tram pasti akan lumpuh. Untungnya selama di Göteborg belum pernah terjadi mati lampu atau pemadaman bergilir seperti yang di negeri tercinta - Indonesia Raya. *** Göteborg sebenarnya bukan kota yang canggih dan modern banget seperti kota-kota lain di Uni Eropa. Kotanya justru sedikit antik dan kuno. Tetapi kota ini telah berhasil membangun fasilitas angkutan publik yang mengagumkan. Salah satunya tidak ada istilah M A C E T di kota ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H