[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Istirahat di tanjakan Ciengkek Ciomas"][/caption] Bersepeda adalah salah satu. Olah-raga favoritku untuk membakar tumpukan lemak di perut. Biasanya saya bersepeda sendiri atau bersama anak-anak menyusuri kampung-kampung (cross country) di seputaran tempat tinggal kami. Ada satu jalur sepeda yang memiliki tanjakan tajam dan menantang. Tanjakan Ciengkek namanya. Tanjakan Ciengkek ini juga tanjakan favorite bagi para goweser yang menyukai tanjakan dan cross country. Kemiringannya mungkin sampai 40-45o. Artinya tajam banget tanjakannya. Di beberapa tempat orang mesti mengenjot sepeda sambil berdiri agar roda depan tidak terangkat ke atas. Jaraknya dari bawah sampai ke puncak sekitar 500 - 800 m. Ada beberapa kelokan di tanjakan ini. Ketika melalui jalur ini saya sering ketemu dengan goweser-goweser lain. Pernah ketemu dengan satu atau dua orang. Pernah ketemu dengan rombongan delapan orang. Bahkan pernah ketemu dengan rombongan 40 sepeda. Banyak goweser ingin menaklukkan tanjakan ini. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Pete dan rute tanjakan Ciengkem"] [/caption] Peta dan rute tanjakan Ciengkek Rute yang biasa saya lalui adalah dari rumah menuju jalan pintu ledeng Ciburial. Terus ke atas menuju mata air Ciburial. Jalannya lurus dan tanjakannya landai. Aspalnya kelas tiga tapi kondisinya bagus. Sebelum pintu mata air belok ke kanan menyusiri tembok Ciburial. Sampai kampung belakang Ciburial ada jalan belok ke kanan dan menurun yang menuju kolam renang Zam-zam Tirta. Turun terus sampai ketemu pertigaan. Di pertigaan belok kiri. Aspalnya jelek dan rusak, karena jalur truk pasir dan batu dari tambang pasir kali Ciapus. Lokasi penambangan batu dan pasir ini tidak jauh dari tanjakan Ciengkek. Saya sering mampir ke penambangan pasir itu. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Penambang pasir di sungai Ciapus"] [/caption] Penambang pasir di sungai Ciapus [caption id="" align="aligncenter" width="306" caption="Istirahat di dekat tambang pasir ciapus"] [/caption] Setelah kira2 300 m dari belokan akan sampai ke kaki tanjakan Ciengkek. Tepatnya setelah melewati jembatan kali Ciapus. Saya mulai siap2 menurunkan gigi jika sudah melewati jalan ini. Tanjakan pertama tidak begitu tinggi. Lewat belokan pertama mulai agak tajam tanjakannya. Tiga atau empat puluh meter nanjak napas mulai ngos-ngosan. Gigi depan pindah ke nomor 1 dan belakang nomor 2. Jika sudah tidak tahan gigi belakang turunin lagi ke-1. Napas saya biasanya habis di tengah2 tanjakan ini. Saya terkapar di pos ronda pingir jalan untuk mengatur napas. Selang minum langsung nancep di mulut. Beberapa teguk air membasahi kerongkonganku. Istirahat sampai napas teratur lagi dan denyut jantung menurun. Sepeda ditegakkan lagi dan mulai gowes lagi. Posisi gigi tetap di 1-1 atau pindah ke 1-2. Pas di belokan yang tanjakannya curam gowes sambil berdiri. Gowesnya pelan2 saja seperti orang berjalan. Napas diatur. Hirup lewar hidung keluarkan lewat mulut. Hirup dua kayuh, keluarkan dua kayuh. Keringat membasahi kaos. Terus kayuh sampai napas putus. Ronde kedua paling bisa ngowes sejauh 30-40meteran. KO lagi. Kali ini terkapar di pingir jalan. Atur napas dan denyut jantung lagi. Di posisi ini tanjakan curam sekali. Biasanya sepeda saya tuntun dulu sekitar 10 m sampai agak landai. Setelah itu baru digowes lagi. Hos...hos...hos..dituntut saja ah... Tenaga sudah mulai melemah, keringat bercucuran, napas satu-satu. Gowes kali ini masih sama dengan gaya orang jalan. Terus maju pantang mundur. Baru berhenti kalau napas putus-putus lagi. Di 'KO'-'KO' berikutnya biasanya perlu waktu cukup lama untuk mengatur napas. Rekor terbaik saya ketika menaklukkan Ciengkek adalah berhenti empat kali. Biasanya empat kali. Yang paling parah enam kali. Andrenalin keluar ketika dipuncak-puncak capek. Ada perasaan luar biasa ketika sudah melewati puncak tanjakan. Meakipun napas tersengal-sengal, perut mulai mual, dan kepala berkunang-kunang. Melewati puncak jalan terus. Kini jalannya landai sampai pertigaan. Hanya nanjak sedikit. Setelah itu belok ke kiri dan jalan menurun. Menurun terus sampai ketemu kali Ciapus. Saya biasanya berhenti di sini. Saya suka memperhatikan anak2 yang mandi di kali ini. Banyak bapak2 yang mencuci sepeda motornya di kali ini. Ibu2 juga banyak yang ngrumpi sambil mencuci baju. Setelah puas di kali Ciapus saya melanjutkan bersepeda kembali ke arah Ciburial. Saya lewat di sisi lain mata air Ciburial. Jalan ini akan tembus lagi ke jalan pintu ledeng. Saya susuri jalan pintu ledeng menuju rumah. Di rumah merebahkan badan. Uuuhhh....capeknya.... Baca artikel sepeda lainnya: Klik Di Sini Tambang pasir sungai Ciapus Tambang pasir dan batu di sungai ciapus Sungai Ciapus Sungai Ciapus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H