Lihat ke Halaman Asli

Facebook untuk Petani

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14219159531284283777

[caption id="attachment_392596" align="aligncenter" width="499" caption="(Screenshoot pribadi)"][/caption] Ada fenomena menarik yang saya amati beberapa waktu ini di halaman Facebook. Petani-petani dan peternak mulai membentuk grup-grup sendiri-sendiri. Ada yang berbagi pengalaman, berjualan, atau berbagi status saja. Kalau dioptimalkan fasilitas FB gratis ini bisa menjadi senjata ampuh untuk petani untuk meningkatkan keterampilannya dan meningkatkan pendapatannya. Ketika harga cabe sedang gila-gilanya saya mengikuti grup Petani Cabe. Banyak yang menarik dari grup ini. Anggotanya hampir dari seluruh belahan Indonesia. Penggeraknya petani-petani dan (mungkin) juga tengkulak cabe. Ada kegiatan yang menarik yang dilakukan di grup ini, yaitu absen harga cabe di wilayah masing-masing. Dari Jabar ada yang melaporkan harga di tingkat petani sudah turun hanya Rp 20 ribu per kg. Ada yang mengatakan harga cabai di Makassar masih bertengger di atas harga Rp 100 ribu per kg. Komentar-komentar pun bersahutan dan terjadi transaksi antardaerah. Menarik.

image

Ada juga yang meng-upload foto-foto tanaman cabenya yang rimbun dengan buah cabe siap panen. Disertai harga dan omzetnya. Bahkan ada yang melaporkan jika lahan yang disewanya sudah dibeli dari hasil panen cabe. Hebat. Petani-petani yang mengalami masalah dengan tanaman cabainya juga meng-upload foto-foto tanaman yang terserang hama/penyakit. Petani-petani lain yang punya pengalaman yang sama saling memberi saran. Ini sarana belajar yang luar biasa. Masalah pupuk, obat, pupuk organik, media tanam pun cukup ramai. Saya perhatikan beberapa produsen pupuk atau marketingnya gencar berpromosi. Media promosi yang efektif, lintas jarak dan waktu. Ruuaar biasa.

image

Namun ada juga sebuah grup yang dibentuk oleh produsen komoditas pertanian. Isinya jualan melulu. Namun, menurut saya hebat juga. Adminnya selalu meng-upload aktivitasnya memenuhi permintaan pelanggan-pelanggannya. Hebat. Ada juga beberapa grup yang dibuat oleh produsen pupuk/pestisida. Sebagian besar isinya hanya promosi, baik yang langsung maupun terselubung. Grup-grup seperti ini kurang banyak peminatnya. Tidak bisa dipungkiri jika FB sedikit banyak mengubah perilaku petani kita. Hadirnya smartphone Android ikut mendorong perubahan ini. FB sangat mudah diakses dari HP. Grup-grup di FB juga lebih interaktif daripada milis-milis jaman dulu. Kita bisa melihat update status dan komentar langsung dari halaman FB berikut notifikasinya. Komunikasi private (PM) pun mudah dilakukan dengan messenger.

image

Peluang ini mestinya perlu dilirik oleh stakeholder pertanian Indonesia, termasuk pemerintah via Deptan atau Meninfo. Petani jaman sekarang tidak lagi hanya pegang pacul. Mereka sekarang sudah pegang smartphone. Dengan koneksi internet yang minimalis pun tetap bisa terhubung dengan rekan-rekan petani yang lain. Saya juga menemukan grup-grup penyuluh mandiri. Sayang isinya lebih banyak keluh kesah daripada sharing ide tentang pertanian. Ayo Maju Petani Indonesia.

[caption id="" align="aligncenter" width="360" caption="(Screenshoot pribadi)"]

image

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline