Lihat ke Halaman Asli

Dampak Negatif Gim Daring bagi Kualitas Emosi Remaja

Diperbarui: 12 Mei 2022   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: The Conversation

Remaja adalah bagian dari generasi milenial, generasi yang hidup dalam perkembangan teknologi yang pesat. Maka dari itu, kehidupan remaja pada zaman sekarang ini juga sangat lekat dengan teknologi. Entah gawai, laptop, komputer, maupun tablet sudah menjadi piranti yang hukumnya wajib dibawa dan digunakan setiap hari di mana saja dan kapan saja.

Kebanyakan para remaja saat ini sudah memiliki gawai pribadi. Setiap hari, para remaja kerap menghabiskan waktunya untuk bermain gawai. Aktivitas yang kerap dilakukan saat bermain gawai adalah bermain gim daring. Gim daring memang menyenangkan. Maka, tak heran remaja pada zaman sekarang kerap menghabiskan waktu untuk bermain gim daring.

Hal yang menjadi masalah adalah kecanduan. Memang, awalnya aktivitas bermain gim daring ini ditujukan untuk sekadar mencari hiburan dan untuk menyegarkan pikiran yang jenuh karena belajar misalnya. Namun, karena merasa senang dan terhibur, para remaja menjadi kecanduan bermain gim daring. Kecanduan bermain gim daring itu yang akhirnya memberi dampak negatif pada kualitas emosi remaja.

Remaja yang kerap bermain gim daring cenderung lebih temperamen. Kerap kali para pemain kalah dalam permainan, atau bahkan mengalami kekalahan berturut-turut (losestreak). Kemudian, hal ini yang membuat pemain menjadi stres, sehingga menyebabkan pemain menjadi mudah marah.

Dalam gim daring pun juga terjadi interaksi baik melalui fitur kolom pesan atau melalui fitur yang memudahkan pemain bisa mengobrol secara langsung. Tak jarang terkirim atau terucap kata-kata yang kurang pantas, jorok, dan kata-kata kasar. Hal ini berhubungan dengan sikap temperamen remaja. Rasa stres dan amarah itu akhirnya dilampiaskan dengan mengucapkan kata-kata kasar, yang kerap dilakukan, sehingga membentuk kebiasaan remaja untuk berkata kotor dan kasar.

Maka dari itu, hal-hal di atas perlu diatasi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membatasi penggunaan gawai dan mengganti aktivitas penggunaan gawai yang intens itu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan produktif, misalnya dengan olahraga, membaca buku, berinteraksi dengan orang-orang di sekitar, dan lain sebagainya. Selain itu, dari diri para remaja sendiri juga harus bisa mengontrol emosinya. Masalah ini perlu diatasi agar para remaja memiliki kualitas emosional yang baik. Para remaja adalah generasi harapan bangsa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline