Lihat ke Halaman Asli

Abim

Pecundang gagal

Review Naskah Drama "Saksi Tuhan" Karya Amaliya Damaianti: Tinjauan Sosiologi Sastra

Diperbarui: 24 Desember 2022   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Naskah drama ini diambil berdasarkan cerpen "Cinta di Atas Perahu Cadik" karya Seno Gumira Ajidarma. Cerpen ini pertama kali diterbitkan harian Kompas pada 10 Juni 2007. Kemudian diterbitkan kembali dalam Antologi 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2008 pilihan Anugerah Sastra Pena Kencana.

Konflik yang terjadi dalam naskah ini merupakan sebuah cerminan. Saat ini banyak hubungan rumah tangga yang berakhir perceraian akibat perselingkuhan. Menjalin hubungan tidak selamanya senang dan tidak seterusnya susah. Pahit manis yang dirasakan merupakan ujian yang perlu dihadapi bersama. Setiap orang yang telah mengucapkan akad harus berpegang teguh terhadap janjinya. Ketertarikan pada orang lain bisa saja terjadi, namun kita mesti berkaca pada janji suci ketika bersuami istri.

Kehidupan rumah tangga ialah kehidupan yang di dalamnya terdapat banyak sekali konflik, seperti ekonomi, keturunan, kekerasan, dan perselingkuhan. Namun, konflik yang terjadi dalam rumah tangga yang sekarang sedang marak-maraknya ialah kasus perselingkuhan. Bukan hanya sekarang ini, melainkan sejak dahulu juga kasus perselingkuhan tetap mendominasi dalam konflik rumah tangga. Bahkan penyebab besar terjadinya perceraian ialah karena adanya perselingkuhan. Perselingkuhan menjadi realita sosial dalam konflik kehidupan rumah tangga. Realita sosial ini yang menjadi awal mula adanya implementasi dalam macam-macam karya sastra, seperti dalam naskah drama. Naskah drama menjadi media utama dalam penyaluran koflik realitas sosial, salah satunya dalam naskah drama "Saksi Tuhan" karya Amelia Damaianti. Naskah drama ini benar-benar mencerminkan realita sosial dalam kehidupan rumah tangga, terbukti dalam kutipan-kutipan dialog naskah dramanya.

Pada adegan pertama pengarang mengambil latar di tepi pantai  pukul 05:00 WIB. Adegan ini menceritakan bahwa Sukab sebagai seorang lelaki yang sudah berkeluarga mengajak  kencan Hayati yang juga sudah berkeluarga. Pemahaman agama antara mereka sungguh mengkhawatirkan sehingga itu yang membuat perselingkuhan terjadi. Terlihat pada kutipan berikut:

Sukab: "Kamu lama sekali, Hayati. Apa kamu meminta izin dulu kepada suamimu?"

Hayati: "Apa kamu gila? Tentu tidak, suamiku masih tidur."

Sukab: "Lalu, mertuamu? Dimana dia?"

Hayati: "Di dapur. Sudahlah, mau kemana kita?"

Sukab: "Ikutlah, nanti kamu tau. Kita akan bersenang-senang hari ini, Sayang

Perselingkuhan antara Sukab dan Hayati terjadi begitu saja, padahal tokoh nenek yang menjadi mertua dari Hayati telah mengingatkan mereka bahwa mereka telah berkeluarga dan tidak sepantasnya perselingkuhan itu terjadi bahkan dengan terang-terangan. Seperti pada kutipan berikut:

Nenek: "Hei, Sukab, mau kamu larikan kemana istri orang?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline