Lihat ke Halaman Asli

Sabri Leurima

Ciputat, Indonesia

Jadikan Aku Ketua Fraksi dalam Hatimu

Diperbarui: 21 September 2019   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Telah gugur seribu daun ketapang tergeletak tragis di atas tanah yang tandus. Musim kemarau telah tiba menyisahkan pesimisme harapan antara aku dan kamu.

Semestinya ini tak terjadi, barangkali semua dosa di antara kita telah masif berubah menjadi catatan-catatan buruk. Alam telah menganugrahi kita raport merah.

Tetapi kau masih melawan moralitas dan melupakan kemanusiaan. Kecenderunganmu membusuk di sendi-sendi rusuk. Bersikap otoriter atas seluruh tubuhku.

Aku tidak ingin seperti itu, apakah seperti ini caramu menjaga nama baik aku dalam genggaman instabilitas? Mungkin kah iya seperti ini. Aku berharap jangan sampai.

Sebuah keniscayaan aku terus ingin bersamamu. Tidakah kau merasa alergi bila sering memojokanku dengan sikap intimidatif dan persekusi? Sebab aku tak tahan menerima ancaman itu.

Duniaku harus mengalir secara demokratis. Akulah ketua fraksi dalam hatimu yang selalu menyejukan panasnya mentari dan menyerdehanakan beribu defenisi.

Sunggu aku tidak ingin kekejaman regulasi mengancam orang-orang disekelilingiku. Kau harus sadari itu, betapa aku ingin menjadi manusia yang memanusiakan manusia lainnya.

Cukuplah kau dan aku melakukan lobi-lobi politik untuk membuat banyak oramg menderita. Maka dari itu, jadikan aku sebagai ketua fraksi dalam hidupmu. Aku berjanji kepercayaanku padamu tidak tergadaikan oleh rayuan oligarki. Sebab, satu dari mereka menguasai sejuta hidup manusia. Bayangkan saja bila oligarki itu ada sepuluh atau seratus.

Lantas, apakah kau akan terus berdiam diri melihat keadaan yang terusir ini. Ajaklah aku ke dalam hatimu agar sanubari dan jantung merah ini tersiram angin pemberontakan. Gaitlah semangat revolusi. Itu hanya dapat terwujud bila kita selalu bersama dalam satu harapan.

Diluar sana banyak anak kecil dan balita menderita gizi buruk. Penguasa jarang sekali menolehnya. Mereka sibuk membuat rancangan undang-undang. Entah untuk siapa dan apa dampaknya bagi orang banyak.

Padahal faktanya, ada semacam skenario buruk yang dimainkan. Meredam berbagai isu sangat cepat. Ketika rasisme berkeliaran dan munculnya gerakan pembebasan. Ada upaya lain seperti pelemahan lembaga antirasuah di munculkan. Orang-orang semua ikut meliriknya dan melupakan akar masalahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline