Lihat ke Halaman Asli

Sabri Leurima

Ciputat, Indonesia

Desa Ini Akan Lebaran Lebih Awal dari Pemerintah

Diperbarui: 29 Mei 2019   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Lebaran 2018 Di Desa Tengah-Tengah|Dokumentasi pribadi

Sebentar lagi umat islam di seluruh penjuru dunia akan merayakan hari besar islam yakni Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah atau 5 Juni 2019. Kumpul keluarga dan saling memaafkan adalah pembersihan hati antar sesama manusia. 

Perayaan hari Idul Fitri biasanya dilakukan setelah sebulan penuh umat islam menjalangkan ibadah puasa( Bulan Ramadan) dan menunaikan zakat sesuai dengan rukun islam ke-3 dan 4.

Namun menariknya, di Desa Tengah-Tengah, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Timur Pulau Ambon, masih mempertahankan tradisi lebaran menurut ajaran para leluhur.

Lebaran kali ini pun, Desa Tengah-Tengah, lebih awal dari ketentuan Pemerintah atau Kementrian Agama (Kemenag). Jadi kalau lebaran kali ini jatuh pada tanggal 5 Juni, Desa Tengah-Tengah sudah melaksanakan sholat Id pada 4 Juni 2019.

Tradisi lebaran yang sudah turun temurun masih terus dilestarikan. Memang ada beberapa Desa di Maluku yang masih mempertahankan tradisi lebaran seperti ini. Selebihnya sudah mengikuti aturan Pemerintah.

Turut mewarnai suasana lebarannya, masyarakat Desa Tengah-Tengah biasanya membuat Tapur. Tapur adalah Hidangan besar yang di taru diatas rakitan bambu berhiaskan atribut cantik berukuran 7-8 m dan lebar 2-3 m.

Tapur, Tradisi di saat Peraayaan Lebaran Idul Fitri Desa Tengah-Tengah|Dokumentasi pribadi

Berbagai hindangan kue dan buah-buahan menaburi Tapur tersebut. Kemudian Tapur dipikul oleh masyarakat menuju Masjid Raya An-Nimah beserta iringan nyanyian salawatan.

Tapur biasanya dilakukan oleh para petinggi desa/atau orang berkecukupan. Ini bagaikan pemberian sedekah untuk masyarakat kampung sebagai bukti kecintaan dan beryukur atas rakhmat yang diberikan Allah SWT melalui hasil alam.

Turut memeriahkan suasana lebaran, banyak dihadiri oleh basudara non-muslim atau di sebut pela/gandong. Pela/gandong adalah tradisi toleransi antar islam-kristen di Maluku yang masih kuat sampai sekarang. Desa Tengah-Tengah pun sama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline