Lihat ke Halaman Asli

Sabri Leurima

Ciputat, Indonesia

Aksi Gangster Nodai Ciputat Sebagai Kota Intelektual

Diperbarui: 20 Mei 2019   04:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: wartakota.tribunnews

Baru-Baru ini ramai pemberitaan di media terkait aksi kejahatan yang dilakukan oleh kelompok geng motor/Gangster. Para Gangster tersebut berasal dari Ciputat. Mereka memang warga yang tinggal di daerah Ciputat," menurut keterangan Kapolsek Ciputat, setelah dilansir dari media okezone.com, Sabtu, 18/5/2019. 

Diceritakan para gangster melancarkan aksinya di daerah Setia Budi, Jakarta Selatan, hingga memakan korban jiwa meninggal dunia. Bulan puasa kok bunuh-bunuhan, bukannya cari pahala malah bikin dosa besar.

Aksi kekerasan ini tentu sangat menodahi Ciputat sebagai pusat peradaban ilmu pengetahuan di Indonesia. Sedari dulu kota kecil di selatan Jakarta ini banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional yang banyak berkontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan Indonesia, mulai dari pemikiran islam, kebangsaan, hukum, filsafat, dll. Ucapan ini terdengar hingga daerah-daerah.

Saya anak rantauan yang menempuh pendidikan di Ciputat, bagi saya Ciputat adalah rumah kedua. Pernah saya di tanya, kuliah dimana mas? Jawab saya Ciputat, asumsi penanya dengan nada kaget, wah pasti banyak nih ilmunya. Sangat fakta bukan meraba-raba ya? mungkin anda juga sama.

Nurkholis Majid ( Cak Nur) adalah satu dari representasi anak Ciputat yang jaya pada masanya, pikiran-pikirannya adalah sebuah manifestasi yang berguna bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan di Ciputat dan tentu untuk Indonesia pada umumnya.

Tindak kejahatan yang dilakukan oleh para gangster, bagi saya sudah keluar jauh dari khazanah para intelektual Ciputat. Tentu pukulan berat bagi setiap manusia yang pernah menimba ilmu di Ciputat. Sejatinya diskusi, aksi dan cendekiawan muda ada disini.

Bukan saja Gangster, sebagai saran terorisme pernah melintas di telinga, persepsi ini masih membekas di ingatan publik  setelah  kejadian di Kelurahan Kampung Sawah, Ciputat, 2014 silam.

Sebab itu penekanan pihak orang tua sebagai guru dalam rumah tanga menjadi penting bagi keberlansungan hidup dan kembangnya anak, apalagi Gangster tersebut tergolong Anak Baru Gede (ABG), sehingga peran institusi keluarga menjadi tonggak yang paling substansial.

Tamparan juga untuk mahasiswa, agar tidak tersudut dalam ruang akademis, perbanyaklah bergaul dengan warga sekitar sehingga ilmu yang dipelajari bisa di bagikan kepada mereka yang tidak tahu. Jangan tunggu Kuliah Kerja Nyata (KKN) baru turun ke warga, itu birokratis banget!

Analisisnya inilah bentuk kegagalan negara dalam memenuhi kewajibannya? Saya rasa iya. Negara seperti kita saksikan hanya fokus pada perebutan kasta kekuasaan, jabatan, dan bagi hasil. Semestinya sebagai sebuah institusi besar, pendidikan formal dan non formal harus menjadi target utama untuk mengentaskan perilaku agresif manusia. Memang sifat agresif itu natural namun bila perlahan-lahan bisa redam bila terus disirami dengan pendidikan cinta damai.

Saya rasa untuk mengembalikan marwah Ciputat adalah tanggunjawab kita bersama. Ciputat itu rahimnya para intelektual bukan pelaku kriminal.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline