Lihat ke Halaman Asli

Mimpi untuk Jakarta

Diperbarui: 25 Februari 2017   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibukota memang lebih kejam dari pada ibu tiri. Istilah tersebut memang akrab di telinga kita, istilah tersebut biasa digunakan untuk menggambarkan betapa kejamnya hidup di ibukota. Mulai dari sulitnya mencari pekerjaan, biaya hidup yang cukup tinggi, dan cepatnya ritme kehidupan di ibukota. Contohnya mungkin saat di daerah asal, sesseorang bermodal niat dan tenaga dapat mengolah kebun atau sawah milik nya sendiri atau pun milik orang lain. Selain itu biaya yang dikeluarkan untuk makan dan tempat tinggal tidak semahal hidup di kota besar. Namun tetap saja setiap tahunnya banyak pendatang dari daerah-daerah asalnya mengadu nasib di Ibukota Jakarta. Mereka yang menggntungkan mimpi dan harapannya untuk memperoleh hidup yang lebih baik.

Namun hal ini berdampak kurang baik bagi Jakarta. Jakarta menjadi begitu penuh, mulai dari pemukiman kumuh di bantaran sungai hingga motor dan mobil yang memenuhi jalanan ibukota setiap harinya. Dampak lebih parahnya dapat kita rasakan setiap harinya, yaitu kemacetan yang telah menjadi makanan sehari-hari warga Ibukota Jakarta dan juga banjir saat musim hujan. Hal ini bukan hal yang baik bagi warga Jakarta, macet dijalan memberikan efek kejenuhan yang nyata terasa selain itu juga bahan bakar yang menjadi lebih boros dan juga polusi udara yang tentunya tidak baik bagi lingkungan sekitar. Banjir juga menimbulkan kerugian materi dan juga gangguan kesehatan.

Kondisi Ibukota Jakarta jauh berbeda jika kita bandingkan dengan negara tetangga yaitu Singapura. Mulai dari tata kota yang rapi dan jalanan yang lancar. Hal ini lah menjadi dambaan seluruh penduduk Ibukota Jakarta. Jakarta sebagai ibukota negara seharusnya dapat bersaing dengan ibukota negara tetangga apalagi ibukota merupakan simbol dari sebuah negara. Lantas hal berikut mungkin dapat menjadi usul agar Ibukota Jakarta dapat menjadi ibukota yang dapat bersaing dengan negara-negara tetangga dan menjadi rumah yang nyaman bagi para penduduknya. Hal ini juga merupakan harapan bagi Ibukota Jakarta.

Fasilitas kendaraan umum yang semakin baik dan tepat waktu. Alasan seseorang memakai kendaraan pribadi memang beragam tetapi salah satunya bisa jadi karena kendaraan umum yang dinilai kurang bersih dan tidak tepat waktu, selain itu juga kendaraan yang kurang bersih dan supir yang kadang ugal-ugalan. Hal ini menyebabkan Jakarta menjadi macet, karena setiap orang berlomba -lomba mengendarai kendaraan pribadi agar menghindari menggunakan kendaraan umum karena alasan -alasan yang telah disebutkan. Jika seluruh warga mau mengendarai kendaraan umum, kemacetan akan hilang dari Jakarta. Maka dari itu fasilitas kendaraan umum di Jkarta wajib di tingkatkan agar menghilangkan citra bukur kendaraan umum di mata masyarakat. 

Bahu jalan yang dipakai para pedagang. Hal ini menyebabkan jalanan yang terlihat penuh dan kumuh. Para pejalan kaki pun manjadi malas untuk berjalan kaki karena harus berhadapan dengan pedagang kaki lima yang memenuhi trotar jalan. Padahal trotoar merupakan salah satu akses menuju halte kendaraan umum. Selain itu juga kurangnya penghijauan atau penanaman pohon, sehingga trotar menjadi panas dan kurang nyaman untuk dijalanani. Faktor polusi juga menambah sederet alasan penduduk Jakarta jadi malas untuk berjalan kaki. Sehingga bagi sebagian besar penduduk Jakarta kendaraan pribadi merupakan pilihan terbaik meskipun harus berhadapan dengan macet setiap harinya.

Jika hal ini terus di biarkan maka Jakarta tidak akan nyaman untuk di tinggali oleh seluruh warganya, baik dari kalangan atas menengah dan kalangan bawah. Semoga Jakarta kedepannya dapat menjadi ibukota yang lebh baik dan lebih nyaman untuk ditinggali. Karena Jakarta sebagai ibukota negara merupakan cerminan dari Negara Indonesia. Terlebih bagi seluruh oenduduk Jakarta yang telah membayar pajak. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline