Lihat ke Halaman Asli

Abigail Ahlam

Siswa SMA

Apakah Riset Dipandang Penting di Indonesia? Begini Tanggapan Anak Muda Sebagai Pelaku Generasi Emas!

Diperbarui: 11 Agustus 2024   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.poptin.com

"Segala sesuatu yang tidak disimpan akan hilang."
—Pesan "Keluar Dari Layar" Nintendo.

Setiap catatan adalah benih ide, menjadi upaya yang mengingatkan seseorang akan apa yang pernah mereka ketahui dan terpikirkan sebelumnya. Dan dari pernyataan ini kita sudah dapat menarik kesimpulan sementara, bahwa adanya riset sebagai catatan manusia mengenai suatu hal adalah kebutuhan yang penting.

Pikiran manusia itu selalu penuh oleh banyak hal, baik yang bentuknya telah tersampaikan, dalam proses penyampaian, atau bahkan yang tidak dapat disampaikan. Kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.

Lumrah bagi kita untuk mendapati bahwa diri ini kadang-kadang mudah memahami, namun sulit untuk selalu mengingat dan menyimpan suatu informasi yang kita dapatkan. Maka dari itu, membuat catatan dari kumpulan informasi ini adalah cara paling sederhana untuk menyimpan apa-apa yang nampaknya sulit untuk tetap tersimpan hanya dalam kepala saja.

Tak hanya sampai situ. Beberapa orang berpikir bahwa "kita bisa mengingat ini, untuk apa ditulis?", dan benar nyatanya mereka bisa mengingat itu. Bukan hal yang buruk. Namun, akan menjadi buruk apabila terus-terusan berkeyakinan sedemikian, tapi tidak ada satupun yang masuk dan menetap di dalam kepala. Di sana letak masalah yang akan dibahas sedikit pada artikel ini.

Sebenarnya, manusia saat ini telah memiliki banyak "alat bantu" untuk menulis dan menyimpan sebuah gagasan, melalui sebuah tulisan, contohnya kemajuan teknologi yang memumpuni. Kita dapat menggunakan "sophisticated technology" ini dalam melakukan sebuah penulisan riset. Jadi, sebenarnya apa yang membatasi seseorang untuk menumpahkan ide-ide mereka?

Yang paling pertama muncul mungkin adalah rasa malas. Tapi, bukan. Yang paling mempengaruhi seseorang dalam keinginan mereka untuk menulis adalah ketakutan akan sebuah kesalahan dan keraguan, sehingga memunculkan rasa malas dan akhirnya memilih untuk tidak melakukannya. 

Seperti saat kita sesekali berpikir, "nanti kalau udah dicatat, terus ternyata salah, gimana? Ah, gak mau, deh, terjebak sama tulisan sendiri" ketika kita tahu bahwa masih banyak sumber lain yang menjadi pondasi kita atas kebenaran dan fakta dari apa yang kita tulis. Hanya saja ketakutan dan keraguan yang membatasinya.

Saat seseorang memulai perjalanan mereka dalam dunia kepenulisan, khususnya menulis sebuah catatan yang berisi riset yang mereka buat, kerap kali kita menemukan keterkaitan antara mengingat , menghubungkan, dan menciptakan, yang mana artinya adalah otak berkembang dari alat mengingat menjadi alat berpikir, yang akhirnya menciptakan sebuah hasil yang kita sebut sebagai riset.

Ketika menyampaikan suatu pendapat secara spontan, biasanya kita hanya akan menyampaikan apa yang saat itu dapat kita pikirkan, bukan? Hal inilah yang membuktikan adanya keterbatasan otak manusia sebagai sebuah wadah mengingat sebuah hal, yang terus berkembang menjadi lebih banyak hal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline