Tidak ada yang abadi
Bahkan di saat ini
Dunia memelukmu
Lalu menancapkan belati
Tepat di punggungmu
Ketika kau terlena
Akan binar-binarnya semata
Rasa lelah tak tertahankan
Menelanmu perlahan
Muncullah dusta besar
Baik-baik saja katamu
Si pengusir akal
Dan penipu batin
Tangisannya panjang
Bagai sungai tak berujung
Mengeluarkan sesak
Meraung serak
Tanpa menyadari
Luka itu melebar
Seiring detak jarum jam
Menunggu saatnya
Kejutan pahit itu datang
Rasanya gila
Kesendirian menyelimuti
Lalu berkacalah manusia
Pada kaca tembus pandang
Merasa polos dan benar
Di saat ribuan kesalahan
Menempel di tubuhnya
Diselimuti cemas
Sang Penguasa tidak terlelap
Dia lebih dari pabrik mimpi
Diingat ketika ditusuk duri
Memohon kebahagiaan dari-Nya
Doa penuh isakan
Padahal dia perencana
Dari warna rambutmu
Kamu akan menjadi siapa
Terus berlanjut
Redam raungan itu
Biarkan sunyi meraja
Detak jantung terdengar
Harapan t'lah terhapus
Sang penguasa s'lalu ada
Tak buta akan lukamu
Tak tuli akan doamu
Tenanglah
Jakarta, 25 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H