Lihat ke Halaman Asli

Abieza AlemMuhammad

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim

Banten dan Jawa Barat, Sesama Sunda Namun Berbeda

Diperbarui: 31 Agustus 2024   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para Perajin Golok Saung Sholawat di Ciomas, Serang, Banten (dokpri)

Dikutip dari KOMPAS.com yang dinarasikan oleh Lukman Hadi Subroto dan Widya Lestari Ningsih, suku Sunda berasal dari bangsa Austronesia dari Taiwan yang bermigrasi ke Filipina dan melanjutkan migrasinya hingga ke Pulau Jawa pada 1500 - 1000 SM. Wilayah yang ditinggali oleh mereka adalah Jawa bagian barat. Selama ribuan tahun mendiami wilayah tersebut, mereka telah membentuk sebuah kebudayaan yang sangat kaya dan ikut serta dalam menyumbangkan keberagaman budaya di Nusantara.

Sebagaimana telah diketahui, suku ini mendiami pulau Jawa bagian barat. Kini, terdapat dua provinsi yang menjadi ikon dari wilayah tersebut yakni Banten dan Jawa Barat. Berdasar kutipan dari jabarhits.com yang disusun oleh Ghulam Halim Hanifuddin, meskipun keduanya sama-sama Sunda, di dalamnya terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu diperoleh melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang dan akulturasi dengan kebudayaan-kebudayaan lain.

Perbedaan pertama adalah perihal tingkatan bahasa. Di Jawa Barat, terdapat bahasa Sunda kasar dan halus, sehingga untuk menentukan sopan atau tidaknya ucapan seseorang dilihat dari kosakata yang digunakan dan intonasi bicaranya. Berbeda dengan di Banten yang tidak mengenal tingkatan bahasa, sehingga untuk menentukan sopan atau tidaknya ucapan seseorang cukup dilihat dari intonasi bicaranya. Hal demikian terjadi karena wilayah Jawa Barat atau dikenal juga dengan Priangan pernah dikuasai oleh Kesultanan Mataram yang berbasis di Yogyakarta sehingga banyak terpengaruh oleh kebudayaan Jawa Mataraman. Lain halnya dengan Banten yang tidak pernah dikuasai oleh Mataram, sehingga tidak pernah terpengaruh olehnya. Perlu diketahui bahwa bahasa Sunda aslinya tidak mengenal tingkatan bahasa, hal tersebut dapat dibuktikan dari Suku Baduy yang merupakan sebuah sub-suku dalam suku Sunda yang paling murni dan mereka tidak mengenal tingkatan bahasa.

Perbedaan kedua terdapat pada intonasi dan logat. Orang Sunda di Jawa Barat atau dikenal Sunda Priangan cenderung berintonasi lembut dan berlogat mengayun. Berbeda dengan Sunda Banten yang cenderung berintonasi tegas dan berlogat sedikit kasar.

Perbedaan ketiga dapat disaksikan dari kebudayaan. Kebudayaan Sunda Priangan tersusun dari pengaruh Hindu, Sunda Wiwitan, dan Islam. Sedangkan kebudayaan Sunda Banten lebih banyak dipengaruhi oleh Islam dan Sunda Wiwitan walaupun pengaruh Islam sebenarnya lebih dominan.

Perbedaan keempat adalah senjata tradisional. Banten memiliki senjata tradisional golok dan kujang. Golok Sulangkar atau Golok Ciomas adalah senjata tradisional Banten yang paling ikonik. Adapun Jawa Barat senjata tradisionalnya adalah Kujang dan Keris.

Perlu diketahui bahwa ada juga wilayah Banten yang berbahasa Jawa dialek Banten yang dapat dijumpai di Kota Cilegon; Kota Serang; sebagian Kabupaten Serang; dan Kabupaten Tangerang sebelah Barat, dan yang berbahasa Betawi yang dapat dijumpai di Kabupaten Tangerang sebelah timur; Kota Tangerang; dan Kota Tangerang Selatan. Begitu pula Jawa Barat, tidak semua wilayahnya berbahasa Sunda, ada juga yang berbahasa Jawa yang berada di Cirebon; Indramayu; dan sebagian Kabupaten Karawang, dan yang berbahasa Betawi yang berada di Kota Depok; Kota Bekasi; Kabupaten Bekasi; dan sebagian Kabupaten Karawang.

Meskipun terdapat banyak perbedaan dalam Sunda Priangan dan Sunda Banten, hal itu bukan berarti perpecahan. Perbedaan yang ada merupakan anugerah yang Tuhan berikan kepada kita semua untuk semakin memperkaya kebudayaan di negeri kita tercinta ini. Meskipun kita berbeda tetapi kita tetap satu kesatuan sebagai manusia Indonesia yang diamanahi oleh Tuhan untuk menjaga dan merawatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline