Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Abid Rido

Merdekalah, Terlebih Pada Dirimu!

Kelor, Si Mistis yang Kaya Manfaat

Diperbarui: 1 Juli 2020   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kelor atau Moringa oleifera merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat nusantara. Salah satu chapter dari perjalanan kelor di nusantara adalah dengan kepercayaan-kepercayaan mistis yang muncul ditengah masyarakat. 

Banyak masyarakat yang percaya bahwa kelor dapat menyembuhkan orang yang mengalami kesurupan, diganggu makhluk halus atau banyak hal lainnya di dunia mistis. Namun, pada kenyataanya selain dipercaya secara "konsensus" oleh masyarakat sebagai penangkal makhluk halus, Kelor secara pembuktian ilmiah terbukti memiliki manfaat yang luar biasa. 

Kelor memiliki julukan khusus yaitu "miracle tree" hal ini karena kelor memiliki banyak sekali manfaat. Baik dari segi kandungan gizi maupun zat aktif yang terkandung dalam kelor. 

World Health Organization (WHO) dalam sebuah studi juga menyebut bahwa kelor merupakan tanaman yang telah berjasa dalam peningkatan kesehatan selama 40 tahun terakhir khususnya pada negara-negara miskin di dunia. Karena jika dilihat dari karakteristik-nya, tumbuhan ini mampu tumbuh di berbagai jenis tanah, dapat tahan di iklim kemarau serta mudah di kembangbiakkan (Simbolon, 2007). Tentunya akan amat potensial menjadi salah satu pangan yang murah dan berkhasiat untuk kesehatan di berbagai negara. 

Tanaman Kelor khususnya daun-nya memiliki Antioksidan alami yang amat baik untuk tubuh. Antioksidan berfungsi untuk melawan radikal bebas yang dapat menganggu kesehatan manusia. Terlebih pada masyarakat perkotaan yang sering sekali bersinggungan dengan radikal bebas seperti asap knalpot, asap rokok, radiasi UV, dll. Antioksidan yang terkandung dalam daun kelor antara lain  asam  askorbat,  flavonoid,  fenolik,  dan  karotenoid (Makkar  dan Becker, 1996)

Selain Antioksidan, Kelor juga memiliki kadar zat besi yang lebih tinggi diantara sayuran lainnya yaitu sebesar 17.2 mg/100gr (Yameogo et al.2011). Jika ditarik ke dalam lingkup yang lebih luas, kelor dapat menjadi bahan makanan yang cukup potensial ditengah keadaan derajat kesehatan masyarakat Indonesia khusunya remaja yang masih banyak menderita Anemia defisiensi besi. 

Dalam Riset Kesehatan Dasar atau RISKESDAS tahun 2018, menunjukan bahwa terdapat  23% atau sekitar 4.8 juta remaja putri di Indonesia mengalami Anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi memiliki dampak yang cukup besar mulai dari dampak umum-nya seperti penurunan konsentrasi, kecerdasan, produktifitas, serta penurunan imunitas yang membuat individu mudah terserang penyakit. 

Dampak besar lainnya adalah ketika remaja putri atau ibu hamil mengalami Anemia defisiensi besi dapat memperbesar peluang kematian pada ibu saat melahirkan, bayi lahir prematur, berat bayi lahir rendah sampai Stunting atau kondisi gagal tumbuh anak baik secara pertumbuhan maupun perkembangan yang ditandai dengan balita yang pendek dari anak-anak se-usianya. 

Dalam beberapa penelitian banyak menjelaskan terkait dampak Stunting yang bisa menjadi multisektoral. Berdampak bagi negara karena dapat menurunkan produktifitas, menurunkan daya saing SDM dsb. 

Dari segi kesehatan, beberapa penelitian menunjukan anak yang saat balita mengalami Stunting memiliki resiko mengidap Penyakit kronis maupun Penyakit tidak menular atau PTM di kemudian hari. Oleh karena itu, perlu peran seluruh pihak untuk mengatasi masalah ini salah satunya adalah denga mengkonsumsi daun kelor. 

Tentunya, daun kelor adalah salah satu opsi yang dapat dipilih masyarakat untuk bahan makanan yang murah dan mudah didapat terlebih manfaatnya yang sudah terbukti luar biasa. 

Semoga Bermanfaat!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline