Lihat ke Halaman Asli

Ada Apa dengan Kata (Mantra) "Jangan"

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1383221764102514391

[caption id="attachment_275337" align="aligncenter" width="300" caption="Mantra Jangan"][/caption] Apakah benar mengatakan Janganberdampak sebaliknya, yaitu justru berkonotasi “LAKUKAN!” atau sama saja dengan menyuruh melakukannya. Untuk mengetahui jawabannya ikutilah paparan berikut ini.

Secara sadar atau tidak kita sering mengucapkan kata “Jangan” terutamakepada orang-orang yang terdekat dengan kehidupan kita yaitu anak, istri, kakak atau adik. Maksudnya bagus untuk mengingatkan agar tidak berbuat sesuatu.

Misalnya

“Jangan ngebut. ”

Maksudnya

“Agar tidak terjadi kecelakaan.”

Namun yang tidak disadari adalah dengan mengucapkan kata “jangan ngebut”,mempunyai dampak sebaliknya, karena kata jangan akan dihapus oleh otak tanpa sadar. Kata jangan itu bagaikan tombol “esc” pada keybord computer yang dapat menghentikan semua program yang sedang diproses oleh pikiran. Begitu mendengar ucapan “jangan,” yang timbul dalam pikiran adalah penolakan sehingga yang terpikir olehnya adalah, “ngebut”.

Dengan kata “jangan”, prasangka Andaterhadap suatu keadaan menjadi negatif. Secara tidak langsung men-stimulus otak mencari alasan,”kenapa tidak boleh?” Jawabannya adalah argumentasi yang negatif. Semakin banyak mengucapkan kata “JANGAN,” maka semakin banyak argumentasi negatif yang tertanam dalam pikiran bawah sadar Anda.

Contoh:

“Jangan merokok!”---Kenapa? karena berbahaya bagi paru-paru dan jantung.

“Jangan main melulu!” ---Kenapa? karena banyak main, tidak baik.

”Jangan makan terlalu banyak!”. ---Kenapa ? karena bisa gendut

“Jangan nonton TV terlau dekat! --- Kenapa ? karena bisa menggangu kesehatanmata.

“Jangan main api ! --- Kenapa? karena bisa luka bakar

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli perilakudi Amerika, seseorang hingga umur 18 tahun sedikitnya mendengar kata “jangan” sebanyak lebih dari 148.000 kali. Kata jangan tersebutdidapatkannyadari lingkungan terdekat seperti orang tua, Ibu, Bapak,abang atau adiknya, dan guru di sekolah.

MenurutAdi W Gunawan penulis buku Manage Your Mind for Success pada sebuah artikelnya,” komunikasi mengandung tiga hal. Pertama adalah ide, kedua adalah gambaran mental, dan yang ketiga adalah emosi.” Jadi, saat Anda mengucapkan,” Jangan Ngebut” ini adalah Ide, kemudian dalam pikiran akan muncul gambar orang yang tidak ngebut. Setelah itu muncul emosi. Ia merasa bangga ngebut, maka kebiasaan ini akan semakin kuat dan kemudian mendominasi pikiran Anda.

Sebagai contoh kisah nyata, seorang kawan bercerita kepada saya, sebut saja namanya Yanto, bukan nama sebenarnya.

"Saya punya dua orang anak laki-laki, umur adiknya tidak jauh berbeda dengan umur kakaknya, selisihnya hanya sekitar dua tahun.” Yanto mengawali ceritanya.

“Saya betul-betul kewalahan dibuatnya--suka berantem, nggak pernah akur. Sebentar akur, kemudian berantem lagi. Ada saja hal yang membuat mereka selalu berantem."Saya tidak habis pikir, apa yang salah," kata Yanto.

“Bahkan saking kesalnya saya membeli dua set sarung tinju. Dengan maksud, apabila mereka berantem sekalian saja saya suruh mereka berantem pakai sarung tinju.”

Setelah membaca beberapa artikel, saya baru menyadari bahwa ada kekeliruan dalam memberikan nasehat kepada keduanya. Saya selalu mengatakan, "kalau main jangan suka berantem ya!" Sejak saat itusaya tidak mengatakan kata itu lagi dan saya ganti dengan yang positif, “kalau main yang akur ya!”Sejak saat itu kakak beradik itu tidak nampak berantem lagi” Yanto mengakhiri ceritanya.

Tips Aplikasi: Hindari menggunakan kosa kata negatif “jangan,” ganti dengan kosa kata yang positif seperti, “hindari” sebagai pengganti ”jangan” Sebagai contoh, “Jangan makan terlalu banyak” diganti dengan “Hindari makan terlalu banyak,” “Jangan nonton TV terlalu dekat” dengan “Hindari nonton TV terlalu dekat.”

“Jangan main melulu ya!” dengan “Kurangi bermainnya ya!”.

Baca juga yang satu ini :

http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/24/lebih-baik-diam-ketimbang-berucap-negatif-125968.html




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline