Lihat ke Halaman Asli

Ilalangg.id

Berita Warga Sipil

Puisi | Paradoks Keabadian

Diperbarui: 11 Januari 2019   02:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : medium.com

Genggam tanganku dimasa depan, tatap tataplah jemari 

Kita lihat dunia dari dua mata, bijak bijaklah intuisi

Kulit dingin menghentak di sanubari, indah indahlah wahai purnama

Jika saja masa lalu, tidaklah mungkin kita duduk ditepian

Sudikah kau menatapku dari dekat, melihat dalam dalam kedalam lubukku bicara

Jalanan itu, pernah menjadi saksi kefanaan

Kita yang dikafani nyanyian para pendosa, di singkirkan perlahan dibalik danau itu, kita tenggelam

Jurang pemisah, telah melintasi dua bait lembah, kita hanya berbisik diantara safana

Tak mengertikah kita membaca , para sahabat bumi bersaksi

Apakah sajak kita mudah dipahami ? Kurasa hanya anjing gila yang mengangguk

Tak luka tetap sesak, nafas kematian segera tiba kala kencana menjemput di penghujung hidup

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline