"Ada yang berubah ada yang bertahan, karena zaman tak bisa dilawan.
yang pasti kepercayaan harus di perjuangkan "
Begitu kalimatmu yang mengawali narasiku hari ini
Tentang keyakinan yang musti terus diuji
Tentang cipta dan cita massa di mana iya bertahan dalam pergolakan
Di mana masa memiliki simpul cerita, ada mata yang menyaksikan moncong senjata di pelupuk mata
Ada karya yang dipertaruhkan di tengah auman para singa berwajah kriminal
Sunset di tanah anarki, kejayaan suatu masa yang terus menjadi nasehat tanda jelita
Ada mata di mana keserakahan kaum pribumi yang tak punya mata hati
Mereka habisi, mereka kuras, tak lagi menyisakan alunan harapan di antara sujud jingga masa mendatang
Dear, Chairil Anwar
Sajakmu telah membangunkan singa yang tidur di persimbahan para raja
Menghunus, memecah pekik kesunyian
Hidup di antara payung-payung manusia yang didera ketakutan
Di antara meriam dan dentuman peperangan
Dear, Chairil Anwar
Kau habiskan waktu hidupmu, di antara binatang jalang
Terbuang di tengah-tengah mutiara nusantara
Bercinta pada luka, bercumbu pada rayu, bersenandung pada derita
Simbah maharaja para manusia durjana
Kau katakan manusia hanya menjadi robot mengikuti arus kehidupan lainnya
Begitu tegas sajakmu, menyuratkan, menyaksikan ikrar kemanusiaan, yang dicetak dogma
Didikte ketakutan, dipenjara oleh utopia-utopia semu kehidupan
Kau melukiskan naluri dengan kalimat kebijaksanaan
Dear, Chairil Anwar
Kau adalah lukisan, goresan pena keberanian
Kau adalah cahaya, kala manusia kehilangan pelita
Kau adalah manusia atas sajak murni barisan pusara sang saka
Angkatan 45 angkatan bersenjata, yang meramu martir lewat kata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H