Akhir-akhir ini, banyak kasus mahasiswa yang memilih mengakhiri hidupnya karena permasalahan hidup yang menimpanya. Kesehatan mental yang kian mengalami degradasi menjadi faktor utama penyebab banyaknya kasuh bunuh diri.
Depresi berat karena tekanan hidup ditambah tidak ada rumah untuk bercerita menjadikan mereka putus asa dan memilih untuk mengakhiri hidup. Hal ini menjadi bukti pentingnya menjaga kesehatan mental demi kelangsungan hidup yang terus berjalan.
Bukan rahasia umum lagi bahwa kesehatan mental seseorang masih disepelekan. Masih banyak dijumpai stigma masyarakat terhadap penderita gangguan mental.
Anggapan negatif dari lingkungan ketika berkonsultasi dengan psikiater menjadikan seseorang enggan untuk mengobati dirinya. Tak jarang, masyarakat mengucilkan orang dengan gangguan mental.
Mereka yang terlihat tertawa lepas, mereka yang mengunggah cerita bahagia di media sosial, bahkan mereka yang menguatkan kita belum tentu kesehatan mentalnya benar-benar baik. Orang-orang terdekat yang dirasa dapat menjadi teman cerita terkadang menutup telinga bahkan membuat kondisi mental kita semakin menurun.
Kita hidup tidak hanya bergantung pada kesehatan jasmani, tetapi kesehatan mental juga perlu diperhatikan untuk meraih kebahagaiaan yang abadi.
Kesehatan mental setiap orang merupakan tanggung jawab dirinya sendiri. Akan tetapi, kita sebagai makhluk sosial tidak boleh lepas tangan dengan kondisi mental orang lain.
Mereka yang mengulurkan tangannya untuk membantu kita berdiri juga butuh digenggam untuk berdiri lebih tegak. Sudah sepantasnya kita saling merangkul untuk mewujudkan keharmonian di muka bumi.
Seseorang yang memiliki kesehatan mental yang baik dapat menerima dan menghargai dirinya sendiri, mampu menghadapi situasi, mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup, merasa puas dengan pencapaiannya, serta realistis dalam menilai diri sendiri.
Seseorang dinilai memiliki jiwa yag sehat jika memiliki hubungan yang baik dengan sesamanya. Menjalankan peran sebagai makhluk sosial dengan sepenuh hati dan bertanggung jawab.