Lihat ke Halaman Asli

Si Kurus Alex

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash



Seperti biasa, alarm Blackbery membangunkanku pada pukul 04.30. Setelah merapikan tempat tidur dan buku-buku di meja belajar, aku mandi. Salat subuh kutunaikan dengan khusyuk seraya memanjatkan doa semoga hari ini kebaikan senantiasa menemaniku.

Seperti biasa, pagi ini aku berangkat sekolah pukul 05.30. seperti biasa pula, aku tiba di sekolah pukul 06.15. Seperti biasa pula, pohon palem sekolah menyambutku dengan lambaian daun-daunnya yang menghijau. Dan, seperti biasa pula, aku selalu datang setelah Alex.

Alex bisa dibilang anak yang cebol untuk seumurannya. Bayangkan saja, umurnya 15 sama sepertiku tapi tingginya hanya 147 cm. Menurutku itu tinggi seorang anak sd kelas 6. Tidak hanya cebol, dia juga sangat kurus. Bukan hanya kurus biasa, dia sangat kurus sampai semua baju yang dia pakai itu kebesaran. Dan karena kekurusannya yang parah itu, dia sampai tidak kuat untuk menggeser kursi kayu coklat yang ada di setiap kelas di sekolahku. Aku akui kalau memang kursi bobrok itu cukup berat, tapi itu bukanlah alasan untuk anak seumuran kita untuk mengalami kesulitan dalam menggesernya. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli tentang keadaan fisiknya akan tetapi menurutku Alex adalah orang yang buruk. Dia selalu menyendiri dan tidak mau berteman dengan siapapun. Minggu lalu aku mencoba untuk mengajaknya berbicara tentang Ronaldo dan dia menghiraukanku tanpa mengucapkan sepatah katapun. Itu hanya salah satu dari usahaku untuk berteman dengannya karena jujur dalam hatiku aku merasa kasian dengannya karena dia tidak punya teman. Tapi sekarang aku mengerti mengapa dia tidak punya teman dan aku rasa dia layak mendapatkannya.

Ya sudahlah biarkan saja si Alex itu, asal dia tidak menggaguku aku tidak akan mengusiknya. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 dan aku sudah harus bersiap – siap untuk pelajaran selanjutnya yaitu Bahasa Indonesia. Jika aku boleh jujur, aku tidak terlalu suka pelajaran bahasa Indonesia karena aku malas membaca dan menurutku aku tidak punya bakat untuk menulis padahal untuk mendapat nilai bagus untuk bahasa Indonesia, aku harus rajin membaca untuk meningkatkan kemampuan menulisku. Tidak seperti pelajaran bahasa Indonesia, aku suka pelajaran fisika dan matematika karena aku selalu mendapat nilai bagus di kedua pelajaran itu.

Tiba – tiba saja Pak Hart masuk dan seperti biasa aku harus memimpin kelas untuk member salam kepadanya. Itu adalah tugasku sebagai ketua kelas untuk member salam kepada setiap guru yang mengajar.

Hari ini pelajaran bahasa Indonesianya sangat susah karena hari ini kita belajar tentang cara membuat dialog. Ini adalah hal yang paling kubenci karena membuat dialog adalah hal yang paling susah. Menurutku ini karena aku tidak punya imajinasi yang bagus. Parahnya Pak Hart member pr yang mengharuskanku untuk membuat dialog. Arrghh aku kesal karena aku harus melerakan waktu bermain bolaku untuk pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan pr membuat dialog itu. Aku berharap akan ada buku yang bisa membantuku mengerjakan prku ini.

Ting tong ting tong bunyi bel sekolah sudah berkakhir akhirnya berbunyi juga. Aku langsung pergi menuju ke perpustakaan karena aku mau menyelesaikan prku secepatnya. Hari ini perpustakaannya cukup ramai. Kira – kira ada 20 orang disini. Aku langsung pergi ke mejaku yang biasanya. Disana aku menemukan banyak buku yang kiranya bisa membantuku untuk membuat sebuah dialog yang menarik. Tapi tetap saja aku tidak bisa membuat dialog yang menarik. Waktu berjalan sangat cepat saat aku sedang mengerjakan pr. Tiba – tiba saja penjaga perpustakaan memberitahuku kalau perpustakannya akan tutup 15 menit lagi. Aku sangat kaget karena saat aku menoleh, sudah tidak ada orang lagi disekitarku. Saat aku melihat si Alex di pojokan perpustakaan, aku sangat kaget karena biasanya aku tidak pernah melihatnya disini. Aku menghampirinya dengan harapan dia bisa membantuku untuk mengerjakan pr bahasaku ini karena dia sebenarnya sekelas denganku.

Aku kaget dengan apa yang kulihat. Di meja Alex ada banyak sekali dialog – dialog. Aku tidak pernah tahu kalau Alex adalah anak yang suka menulis dialog. Ah peduli amat kalu dia suka menulis dialog apa tidak. Aku menghampirinya dan meminta bantuannya untuk membuat pr bahasa Indonesiaku. Dan tidak kusangka, dia bersedia untuk membantuku.

Kita berdua langsung pergi ke sebuah kafe kopi untuk membuat pr dialogku ini karena jam 17.00 perpustakaan sudah harus tutup. Ternyata Alex sangat berbakat dalam membuat dialog. Tidak kusangka dia mempunyai kemampuan seperti ini. Berkat bantuannya lah aku berhasil menyelesaikan pr bahasa Indonesia ini. Dan tiba – tiba saja dia meminta maaf kepadaku karena sudah menghiraukan berkali – berkali. Aku langsung memaafkannya karena sebenarnya aku tidak ada masalah dengan sifatnya yang menyendiri seperti itu. Dia pun memberitahuku alasan yang sebenarnya mengapa dia menghiraukanku. Alasannya sangat membuatku kaget. Ternyata dia menghiraukanku karena waktu itu dia sedang menulis sebuah naskah drama untuk sebuah lomba keterampilan yang dia ikuti. Aku bisa menerima alasannya itu dan setelah itu kita mengobrol tentang sepakbola.

Besoknya aku mengumpulkan tugas itu dan aku mendapatkan nilai 84. Ini semua berkat bantuan Alex. Aku langsung berterima kasih kepada Alex saat itu juga. Dan dia pun membalasnya dengan senyum dan acungan jempol. Ternyata selama ini aku salah. Alex adalah orang yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline