Lihat ke Halaman Asli

Muhammad RifatAbiaz

Mahasiswa/Universitas Sriwijaya

Pembakaran Al-qur'an di Swedia: Islamophobia Berkedok Kebebasan Berekspresi?

Diperbarui: 1 Maret 2023   01:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada Sabtu (21/1/2023) lalu, terjadi pembakaran salinan Al-qur'an yang dilakukan oleh politisi anti-imigran sekaligus kepala partai sayap kanan Denmark (Rasmus Paludan) pada demonstrasi yang dilakukannya untuk mengkritik NATO dan Turki terkait kebebasan berekspresi di swedia.

hal ini bermula ketika swedia yang kala itu mencoba bergabung dengan NATO dan membutuhkan persetujuan dari ke-30 negara anggota. Namun, Turki yang merupakan salah satu anggota dari NATO mengatakan swedia seharusnya mengambil sikap yang jelas terlebih dahulu terkait masalah teroris yang terjadi di negaranya.

kejadian seperti ini bukan yang pertama kalinya dilakukan oleh rasmus paludan. Adapun Rasmus paludan tercatat telah 5 kali melakukan aksi pembakaran al-qur'an.

1. kasus pembakaran al-qur'an dengan daging babi, tahun 2019

2. Pembakaran al-qur'an di Malmo,2020

3. pembakaran al-qur'an di Linkoping, pada april 2022

4. pembakaran al-qur'an di Linkoping, pada mei 2022

5. Pembakaran al-qu'an pada demonstrasi di swedia, 2023

Mendapat kecaman dari banyak negara

Aksi yang dilakukan oleh paludan tentu saja mengundang banyak kecaman dari berbagai negara, terkhusus nya negara-negara islam seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Turki, dan indonesia.

"Tindakan penistaan terhadap kitab suci telah melukai dan menodai toleransi beragama. Kebebasan berekspresi harus dilakukan secara bertanggung jawab," tulis Kementerian Luar Negeri RI. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline