Lihat ke Halaman Asli

Apa yang Kurang dari Museum di Indonesia?

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13778507561782997561

Kapan terakhir kali anda berkunjung ke sebuah museum? Saya rasa sebagian dari kita akan sedikit mengernyitkan kening, mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali kita berkunjung ke sebuah museum. Dibandingkan negara-negara lain, terutama negara maju, popularitas museum di Indonesia di mata rakyatnya memang seakan kurang terapresiasi. Entah memang karena daya tarik Mall yang begitu besar, entah teknologi masa kini telah membuat kita merasa enggan untuk berkunjung ke "rumah masa lalu" ini, atau entah karena penanganan pada museum yang kurang diperhatikan dan diberi sentuhan inovasi yang menyebabkan kurangnya daya tarik bagi masyarakat untuk berkunjung?

Secara kasat mata kita bisa mengetahui bahwa jumlah pengunjung atau wisatawan yang datang ke museum, terlebih museum di Indonesia, memang jauh tidak sepadan dengan jumlah pengunjung atau turis yang datang ke taman bermain atau pusat perbelanjaan modern. Padahal, banyak hal yang bisa kita pelajari di sana. Datang ke museum, kita bisa melihat jejak langkah kehidupan saat ini, dan sumber inspirasi mengenai apa yang bisa dipersiapkan di masa yang akan datang. Sementara bagi pemerintah daerah, sebuah museum jika dikelola dengan baik, bisa saja menjadi sebuah sumber pendapatan keuangan bagi masyarakat daerahnya.

Bukan rahasia umum, kondisi ruangan di dalam beberapa museum di Indonesia memang tampak suram, pengap, dinding bangunan dengan kondisi retak, bahkan ada yang di beberapa bagian sisi dindingnya sudah mengelupas dan lantai keramiknya yang sudah terlepas. Uniknya, ada beberapa museum yang tidak memiliki penjaga yang berjaga di pintu masuknya yang mana seyogyanya segera diberikan penangan serius oleh pihak-pihak yang terkait. Tidak semua museum memang, seperti Museum Nasional atau juga dikenal dengan Museum Gajah misalnya. Selain memiliki barang-barang yang cukup antik dan bernilai sejarah tinggi, museum ini juga memiliki penangan yang cukup baik, terlebih bangunan “baru” yang berdiri megah di sayap kanan area keseluruhan museum ini. Ironisnya, meski memiliki kualitas bangunan yang baik serta lokasi yang strategis, museum ini tetap saja masih relatif sepi peminat.

Jika saya diminta untuk membayangkan wajah museum di Indonesia yang saya inginkan, saya membayangkan sebuah bangunan otentik yang bersih, dengan tim pemandu bersemangat yang penuh dengan guratan senyum, lengkap dengan tab di tangan kirinya. Acara-acara spesial di akhir minggu pun bisa jadi sangat menarik. Saya juga membayangkan museum di Indonesia terkoneksi dengan jaringan internet dengan aroma, suara musik, serta tata cahaya ruangan yang menenangkan. Tambahan jajaran sofa empuk di beranda taman museum, lengkap dengan beberapa pilihan kios minuman tradisional indonesia juga sepertinya bukan ide yang buruk. Jika museum di Indonesia telah seperti ini, saya pasti tak akan ragu untuk menjadi pengunjung museum setia museum, atau bahkan merekomendasikan museum sebagai alternatif tempat berkumpul yang berkualitas.

Menurut anda, apa yang kurang dari Museum di Indonesia?

Al Ayyubi Jakarta, 30 Agustus 2013

“dari mendengar dan membaca, saya terus belajar dan berbagi”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline