Lihat ke Halaman Asli

Terus Bermain Gitar Meski Mata Terpejam

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14309182861064795799

Ketidak sempurnaan fisik, ternyata tidak membuat dia, mereka berhenti untuk mengembangkan potensi. Di sejumlah media, kita sering melihat orang-orang yang secara fisik mengalami ketidak sempurnaan, ternyata prestasinya masih terus melejit. Banyak contoh yang memperlihatkan keterbatasan fisik, tidak menjadi penghalang. Asep Irama, adalah salah satu contoh tuna netra, yang sukses menjadi artis dangdut papan atas di zamannya. Tahun 1990 an kalau nggak salah mah. Yang masih hangat, adalah bintang video klip untuk lagu ‘sebelum cahaya’ nya Letto. Tuna wicara yang dialaminya, tidak menghalanginya untuk terus bergerak.

[caption id="attachment_382234" align="aligncenter" width="600" caption="youtube"][/caption]

Nah, kasus sama dengan Asep Irama almarhum, dialami oleh warga di Kabupaten Majalengka. Letak persamaannya adalah, keduanya sama-sama tuna netra dan main di musik yang sama-sama memperhatikan cengkok suara. Bedanya, kalau Asep Irama mah genrenya dangdut, kalau yang di Majalengka mah, Tarlingan.

Bagi yang berasal atau pernah tingal di daerah Ciayumajakuning (Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan), mungkin sudah tidak aneh dengan Tarlingan. Dari sisi cengkok, ada kesamaan dengan dandut melayu. Tapi, untuk Tarlingan mah, syairnya menggunkan bahasa Jawa Cirebonan. ingat lagu ‘Kucing Garong?’ itu teh, lagu dangdut yang diambil dari Tarlingan.Tarling sendiri, konon diambil dari jenis alat musik yang dimainkan sebagai pengiring lagu, Gitar dan Suling.

Nah, seniman tuna netra untuk jenis musik Tarlingan asal Majalengka ini, adalah Lulut Casmaya, atau biasa disapa Wa Lulut (Wa adalah panggilan untuk orang yang sudah sepuh di Ciayumajakuning dan Sunda). Sama halnya dengan Asep Irama yang terus berkarya meskipun mengalami kekurangan fisik, Wa Lulut, yang lahir pada 1957, itu pun terus melangkah, bergelut dengan musik yang memang sudah digelutinya sudah lama.

[caption id="attachment_382235" align="alignleft" width="600" caption="youtube"]

1430918321566635134

[/caption]

Kalau hanya bermain gitar di rumah, sekadar mengisi waktu luang, mungkin Wa Lulut tidak bisa dikatakan seorang seniman tua yang luar biasa. Yang membuat Saya salut dan menganggapnya sebagai seorang seniman kampung luar biasa adalah, ternyata Wa Lulut kerap wira-wiri ke beberapa kota untuk menjadi pengiring suatu grup Tarling. Luar biasnaya lagi, seniman Tarling ini tidak hanya berkutat di Ciayumajakuning saja, melainkan juga ke kota-kota lain, di Jawa Barat.

Ada lagi keluar biasaan lain yang ada pada Wa lulut. Wa Lulut ini kan lahir di era 50 an. Tapi, jangan salah, dalam keterbatasannya, dia mampu untuk mengiringi lagu-lagu yang muncul di zaman sekarang ini, khususnya lagu Tarling. Tapi memang sih, dia lebih sering memainkan Gitarnya untuk lagu Tarling klasik, Tarling masa lalu. Kecintaan Wa Lulut pada Tarling klasik itu, bisa dipahami jika melihat perjalanan dia dengan Tarling. Sebab, konon, Wa Lulut ini masuk ke dalam kategori tokoh Tarling. Jadi, wajar saja kalau dia begitu cinta terhadap Tarling ‘murni.

Nggak percaya dan nganggap hoax? Ada kok buktinya di youtube. https://www.youtube.com/watch?v=qTUk-vQ6jaA

Weeeew, salahhh… Sayah bukan tersangka Hoax… :P

[caption id="attachment_382236" align="alignleft" width="300" caption="https://www.facebook.com/groups/desarangkat/"]

14309185191159076555

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline