Lihat ke Halaman Asli

Menarilah dan Kita Mabuk

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1348999456734845822

Sayang, Kemarilah, turunlah Sayang.. Dekap aku, tenangkan dalam pelukan hangatmu Peluk aku dengan segenap hati itu, Sayang

Sayang, Bergegaslah mendekat.. Aku takut, Sayang.. Suara-suara keras bak lonceng itu, memekakkan sisi-sisi ruangku

Sayang, Lebarkan pangkuanmu.. Usap dan usir gigilanku.. Sayang.. Aku takut.. Peluk dan biarkan aku bersandar.. Terpejam, dengan geliat-geliat syairmu..

Sayang, Rumi menyeru kita berdendang.. Dan kita mabuk di dalamnya, Sayang..

Mabuk dalam dendang-dendang di poros-Nya Syair-syairmu akan mengalun menelisik, mengendap dalam 'qod qoomati al-sholah'ku,

Aku membacamu sebagai puisi dengan bait-baitnya yang menghadirkan warna dan keindahan.

Kiranya betah bersemayam, selalu Aku tandai setiap lekuknya sebagai kau Karena rasa ini bertanda bahwa aku selalu merindumu... Rindu yang tidak akan pernah terbentur ruang dan waktu..

Kau adalah cinta itu sendiri

Di antara duka dan lara

Kau adalah senyumitu

Ketika air mata mneghampirinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline