Lihat ke Halaman Asli

Aha Erlebnis

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sempet aku dibikin kesel plus jengkel ma seorang temen, yang ga jelas apa yang diingini olehnya. Gimana mau ngasih “apa-apa” yang diingini olehnya, dia sendiri malah ngomongnya “aku ga tau, apa yang aku ingini. Tapi yang pasti aku ingin “sesuatu.”” Pusing khan? Dia minta aku telephon, pas aku telepon, dia ga mo ngomong… ujung-ujungna, dia malah “bisa ngga kesini?” sempet dongkol juga, siyh. Minta ditelepon, tapi pas ditelepon ga mo jawab, eh, malah minta aku ke tempat dia. Tapi karena ga mau dia kecewa, dengan keikhlasan yang belum sepenuhnya, aku turutin juga “undangan” nya itu.

Sesampainya di rumah dia, ya tetep, kaya tadi di telepon. Setelah ngasih minum dan asbak buwat buang puntung rokok, lagi-lagi dia hanya diem, diem dan diem… pas aku ngomong ”kenapa siyh? Tadi ditelepon diem….sekarang nyuruh datang, tapi kayaknya ga terlalu banyak bisa ngebantu” aku yang dah terlanjur dongkol, ga bisa ngerangkai kata, buwat ngomong tapi ga nyinggung perasaannya.

“Ga tau… aku sendiri ga tau kenapa? Yang pasti ada sesuatu, tapi aku ngga tau, apa dan kenapa? Malah bukan sesuatu, tapi banyak hal. Tapi semuanya aku ngga tau, apa itu?”

Setelah ngomong gitu, praktis, dia ga pernah ngomong apa-apa lagi, selain kata-kata “Kang” yang dia sebut berulang-ualng. Bahkan, ketika aku mencoba berbicara banyak hal, dia nampak ga tertarik, sesuatu yang di luar kebiasaannya. Biasanya dia sangat antusias untuk “interupsi” di tengah-tengah omongan ku. Tapi kali ini, ga ada sekali pun “interupsi” itu meluncur dari bibirnya.

“Air nya abis, Kang? Ditambah, ya Kang..?” kata-kata itu, selain kata-kata “Kang” yang meluncur dari bibirnya itu…

Hmmm…mencoba untuk berkaca, pada masa-masa kebelakang, ternyata aku pun pernah merasakan saat-saat seperti itu. Saat-saat ketika bergumul pikiran di tengkorak kepala, tapi tak tau harus bagaimana, dan apa yang mesti dilakuin pertama kali, sesuai instruksi dari sang instruktur itu. Dan itu, kadang-kadang tidak memerlukan waktu lama dan stimulus yang jelas, untuk “mengundang” datangnya “tamu” itu. Saat-saat ketika, temen deket harus mampu memahami dan mengikhlaskan sepenuh hati, untuk dibuwat pusing bukan kepalang karena ke “aneh” an nya, sambil nunggu datangnya “AHA ERLEBNIS”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline