[caption id="attachment_366011" align="aligncenter" width="300" caption="koleksi pribadi"][/caption]
satu detik berdetak
sepasang hati mengepak terbang tinggi
terengah-engah dari rasa yang harus disekat
dalam setiap baris kata
bermaknakah
atau akan berakhir dan tersedak di sudut-sudut maya
lalu
mengalir lembut di pucuk-pucuk daun, dalam kilaunya titik air..
menjelma dalam rindu yang menyesakkan dada
menyapa kilauan pelangi dalam fatamorgana
makin hari, aku makin melayu
nafasku larung di kurun waktu yang tak pasti
kidung lelayu mulai bersenandung
pada pahatan-pahatan rasa yang patah
sementara melati, tumbuh segar dengan kuncupnya yang masih malu-malu
kuncup yang lahir setelah satu putaran masa
aroma melati yang pernah begitu menggoda
kini menjelma bau hujan yang tragis dan pahit
rintiknya menghunus pesona rindu pada tiap helainya
ah
harum yang sempurna tak bisa menyelamatkan apapun
juga aroma tubuhmu yang bak harta karun
tak bisa kuselamatkan
[caption id="attachment_366012" align="aligncenter" width="300" caption="koleksi desa rangkat"]
[/caption]
Kolab dengan Aya Kayana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H