Lihat ke Halaman Asli

Detik dalam Sesak

Diperbarui: 25 Desember 2016   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14221651451496063760


[caption id="attachment_366011" align="aligncenter" width="300" caption="koleksi pribadi"][/caption]

satu detik berdetak

sepasang hati mengepak terbang tinggi

terengah-engah dari rasa yang harus disekat

dalam setiap baris kata

bermaknakah

atau akan berakhir dan tersedak di sudut-sudut maya

lalu

mengalir lembut di pucuk-pucuk daun, dalam kilaunya titik air..

menjelma dalam rindu yang menyesakkan dada

menyapa kilauan pelangi dalam fatamorgana

makin hari, aku makin melayu

nafasku larung di kurun waktu yang tak pasti

kidung lelayu mulai bersenandung

pada pahatan-pahatan rasa yang patah

sementara melati, tumbuh segar dengan kuncupnya yang masih malu-malu

kuncup yang lahir setelah satu putaran masa

aroma melati yang pernah begitu menggoda

kini menjelma bau hujan yang tragis dan pahit

rintiknya menghunus pesona rindu pada tiap helainya

ah

harum yang sempurna tak bisa menyelamatkan apapun

juga aroma tubuhmu yang bak harta karun

tak bisa kuselamatkan

[caption id="attachment_366012" align="aligncenter" width="300" caption="koleksi desa rangkat"]

14221651802069752618

[/caption]

Kolab dengan Aya Kayana


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline