Lihat ke Halaman Asli

Pandangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Dilihat dari Geopolitik (Geostrategi dan Geoekonomi)

Diperbarui: 13 Oktober 2020   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar gunung sampah di Bantargebang Bekasi (Sumber: kumparan.com)

Sebelum membahas topik "Pandangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dilihat dari Geopolitik (Geostrategi & Geoekonomi)" perlu diltinjau dari definisi geopolitik, geostrategi dan geoekonomi.

  • Geopolitik bagi bangsa Indonesia adalah untuk dapat mempertahankan negara dan berperan penting dalam pembinaan kerjasama dan penyelesaian konflik antarnegara yang mungkin muncul dalam proses pencapaian tujuan. 
  • Geostrategi adalah masalah penting bagi setiap bangsa baik pada masa lampau, kini, maupun mendatang. Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud "ketahanan nasional", sehingga bisa dikatakan geostartegi adalah ketahanan nasional itu sendiri.
  • Geoekonomi merupakan sebuah isu wacana ekonomi yang dikaitkan dengan pemetaan wilayah beserta kondidi-kondisi dominan yang terjadi dan membentuk satu variabel yang determinan tentang dinamika ekonomi di suatu tempat/wilayah.

Dari ketiga definisi di atas dapat diartikan bahwa, strategi untuk mengatasi masalah bagi setiap bangsa guna membangun perekonomian negara serta mewujudkan kethanan nasional.

Salah satu permasalahan pada masa lampau, kini, maupun datang yaitu SAMPAH. Permasalahan sampah menjadi masalah yang belum terselesaikan dengan baik, khususnya di berbagai daerah di Indonesia. Jumlah sampah terus meningkat di setiap tahunnya. Kesadaran pemerintah dan masyarakat akan sampah harus digali agar terlepas dari permasalahan sampah.

 

Jumlah produksi sampah dunia dari 1950-2015. (Sumber: Our World in Data)

Terlihat jelas bahwa semakin berjalannya waktu jumlah produksi sampah terus meingkat. Hal ini dapat menyebabkan dampak negatif bagi kehidupan atau kesehatan. Namun disisi lain sampah bisa dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik. PLTSa yang terletak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya, ini, merupakan kerja sama antara Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dengan PT Sumber Organik (SO) yang menggunakan teknologi Gasifikasi Power Plant. Dari teknologi gasifikasi itu, mampu menghasilkan listrik 12 megawatt melalui pengolahan sampah 1.000 ton per hari. Dengan membangun PLTSa ini masalah sampah di Indonesia bisa teratasi atau mengurangi produksi sampah.

Jika Indonesia mampu membangun PLTSa di tiap-tiap kota, maka Indonesia memiliki sumber EBT (Energi Baru Terbarukan) mengantikan energi fosil. Dengan membangun PLTSa di tiap-tiap kota, hal ini memungkinkan untuk membangun perekonomian negara dimana mengundang para investor untuk membangun PLTSa ini.

Jadi kesimpulannya, masalah sampah bisa diatasi dengan membangun PLTSa yang menghasilkan energi untuk mendukung mewujudkan ketahanan nasional (geostrategi). Pemerintah perlu membuat kebijakan terkait pembangunan PLTSa agar cepat direalisasikan di Indonesia (Geopolitik). Dengan membangun PLTSa diharapkan banyak para investor datang untuk membangun perekonomian negara.

REFERENSI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline