Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan fenomena munculnya layanan transportasi umum baru bagi masyarakat yaitu Go-Jek. Go-Jek merupakan suatu layanan transportasi dalam bentuk ojek. Namun Go-Jek ini bukan hanya sekedar layanan ojek biasa, Go-Jek merupakan suatu layanan dimana kita bisa memesan ojek dari HP kita sehingga tukang ojek tersebut langsung datang ke tempat dimana kita ingin dijemput.
Go-Jek pun lahir dari ide sang CEO dan Managing Director Nadiem Makarim yang sebelumnya juga merupakan pengguna jasa ojek. Go-Jek pun lahir pada tahun 2011, namun baru terkenal atau dikenal masyarakat kurang lebih 1 tahun terakhir ini. Go-Jek pun tidak hanya sekedar hanya bisa menjemput dan mengantar penumpangnya, namun yang menjadi kelebihan dari Go-Jek ini adalah Go-Jek dapat juga dijadikan sarana untuk membeli atau delivery makanan, dan juga bisa digunakan sebagai jasa kurir barang. Namun kelebihan yang sangat disukai oleh masyarakat,khususnya kalangan menengah kebawah adalah tarif Go-Jek yang bisa dibilang sangat terjangkau. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa Go-Jek sangat disukai masyarakat selain cepat harganya pun sangat terjangkau.
Namun disisi lain ada juga yang tidak menyukai Go-Jek. Kebanyakan yang tidak menyukai kehadiran Go-Jek adalah dari kalangan tukang ojek yang tidak bergabung dalam Go-Jek. Mereka tidak menyukai Go-Jek karena mereka menganggap semenjak munculnya Go-Jek penghasilan mereka menurun. Bukan itu saja, mereka juga mengeluh karena banyak langganan mereka yang beralih menggunakan Go-Jek dikarenakan tarif yang jauh lebih murah daripada tukang ojek biasa.
Oleh karena itu, yang bisa menilai Go-Jek membantu atau merugikan hanyalah diri anda sendiri. Mungkin setiap orang memiliki pendapat yang berbeda, namun kita harus mendukung jika memang Go-Jek dapat membuat suatu perubahan ke arah yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H