Lihat ke Halaman Asli

Abel Sugiarto Wijaya

Mahasiswa Universitas Brawijaya

Pemanfaatan Limbah Batang Jagung yang Dicampur dengan Kotoran Kambing sebagai Bahan Baku Pembuatan Pupuk Kompos

Diperbarui: 21 Januari 2024   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tanaman jagung menjadi salah satu sumber pangan pokok untuk masyarakat Indonesia karena tingginya tingkat konsumsi. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, produksi jagung di Indonesia terus mengalami peningkatan dari angka 12,92 juta ton pada tahun 2020 hingga 16,52 juta ton pada tahun 2022. Konsumsi masyarakat terhadap jagung yang terus meningkat akan menghasilkan limbah dari tanaman jagung yang cukup berlimpah berupa tongkol, daun, dan batang jagung. Hasil dari budidaya tanaman jagung menghasilkan limbah sebesar 83%. Limbah tanaman jagung dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak, bahan bakar alternatif, sumber serat, pengendalian erosi, dan pupuk kompos.

Kotoran dari hewan ternak dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan kompos. Kotoran kambing banyak digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan kompos. Kotoran kambing berperan sebagai bahan campuran untuk menurunkan kadar Karbon berbanding Nitrogen (C/N rasio) dari kompos. Proses penurunan C/N rasio dapat menyebabkan laju dekomposisi oleh mikroorganisme yang terdapat pada bahan baku kompos untuk bekerja lebih cepat.

Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa bahan organik untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Pengomposan menjadi teknologi paling ramah lingkungan dan sederhana untuk diterapkan untuk mengurangi penumpukan limbah bahan organik. Pengomposan akan menghasilkan pupuk kompos yang mengandung unsur hara mikro dan makro yang baik untuk pertumbuhan tanaman serta memperbaiki sifat-sifat tanah. Prinsip dasar dari pengomposan adalah mencampur bahan organik yang kaya akan kandungan karbohidrat dengan bahan organik yang banyak mengandung nitrogen. Badan Standardisasi Nasional (BSN) menetapkan standar kualitas untuk kompos organik baik parameter fisik maupun kandungan kimia yang terdapat pada SNI 19-7030-2004.

Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pengomposan seperti kandungan C/N rasio kompos, kadar air, suhu, pH, ukuran bahan dan proses aerasi atau dapat juga disebut pembalikan. Proses pembuatan kompos dapat dipercepat dengan menggunakan bantuan bakteri aktivator yang tersedia secara umum seperti Efective Microorganism (EM4), ProBio, Bokashi, Organica, Formula MSG 3, dan lain sebagainya. Dalam Pembuatan kompos organik dapat berbeda-beda sesuai dengan alat dan bahan baku yang digunakan serta pengomposan secara aerobik atau anaerobik. Secara umum pembuatan kompos adalah sebagai berikut:

  • Mempersiapkan limbah organik sebagai bahan baku kompos.
  • Dilakukan pemilahan antara limbah organik dan anorganik.
  • Dilakukan pencacahan yang berguna untuk memperkecil ukuran supaya proses pengomposan dapat berjalan lebih baik.
  • Selanjutnya, dilakukan pencampuran antara bahan organik dan bioaktivator.
  • Setelah itu, bahan yang telah tercampur diletakkan pada wadah atau tempat pengomposan.
  • Dilakukan pembalikan dan penyiraman larutan aktivator secara berkala.
  • Dilakukan pengomposan selama beberapa hari, seminggu, hingga sebulan sesuai dengan perlakuan yang digunakan.
  • Melakukan pengukuran suhu, pH, dan kadar air untuk mengetahui kondisi kompos, serta analisis kadar Karbon, Nitrogen, Fosfor, dan Kalium (jika diperlukan).
  • Diperoleh kompos yang telah matang dan siap digunakan.

Pengomposan dapat menjadi upaya untuk penanggulangan limbah bahan organik yang akan terus bertambah seiring berjalannya waktu jika tidak dilakukan penanganan dengan cepat dan tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline