Lihat ke Halaman Asli

Abel Pramudya

Mahasiswa Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara

KRL Jabodetabek dan Problematiknya

Diperbarui: 10 April 2018   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tribunnews.com

Saat ini KRL yang dioperasikan oleh PT Kereta Commuter Indonesia menjadi sarana transportasi favorit bagi para pelaju di wilayah Jabodetabek. Melayani 75 stasiun di Jabodetabek, dengan 6 line,dan 315 juta penumpang pada tahun 2017. Pertumbuhan penumpang yang cukup signifikan patut dibanggakan, namun pelayanan juga wajib untuk terus ditingkatkan.

Pada tahun 2018, PT KCI menargetkan 320 juta penumpang. Di tahun 2017, PT KCI memasang target 292 juta penumpang, sementara realisasinya mencapai 315 juta penumpang. Tahun 2016, volume penumpang yang berhasil diangkut adalah 255 juta penumpang. Dengan sejumlah permasalahan yang dihadapi saat ini, akankah target 320 juta penumpang tercapai tahun ini?

Sumber: Twitter.com/Commuterline

Gangguan operasional KRL yang terjadi pada Maret 2018 berjumlah 29 gangguan yang terdiri dari 6 gangguan pada listrik aliran atas, 6 gangguan persinyalan, 5 gangguan pada wesel, 7 gangguan rangkaian kereta, dan 5 gangguan pada rel. Dari infografik tersebut, bisa dilihat bahwa hampir setiap hari ada gangguan operasional KRL. Selain itu, permasalahan yang menjadi keluhan penumpang adalah ketersediaan kereta yang belum memadai, khususnya di jam-jam sibuk.

Tujuh hari pertama di bulan April 2018, tercatat ada 7 gangguan operasional. Tanggal 1 April terjadi gangguan operasional rangkaian kereta di jalur Depok Baru-Depok dan ganggguan listrik aliran atas di jalur Rawa Buaya-Pesing. 

Gangguan operasional wesel di jalur Manggarai-Gambir terjadi tanggal 2 April 2018. Selang 2 hari, tanggal 4 April persinyalan Stasiun Klender mengalami gangguan. Gangguan operasional Stasiun Citeras terjadi di tanggal 5 dan 7 April. Stasiun Universitas Indonesia juga mengalami gangguan operasional pada tanggal 7 April 2018.

Pada kasus tertentu, kenyamanan penumpang juga terganggu lantaran perjalanan kereta tidak sampai stasiun akhir. Tanggal 8 April, KA 1150 dan KA 1152 relasi Jakarta Kota-Bogor hanya sampai di Stasiun Depok. 9 April 2018, KA 1815/1816 (Bogor-Jatinegara) hanya sampai di Stasiun Kampung Bandan, KA1837/1838 (Jatinegara-Bogor) hanya sampai di Stasiun Kampung Bandan. Hal serupa juga berlaku untuk KA 1523 (Depok-Angke) di tanggal 10 April 2018 yang hanya sampai di Stasiun Manggarai.

Berbagi Jalur
Hal lain yang menghambat perjalanan KRL adalah berbagi jalur dengan kereta jarak jauh, kereta barang, dan kereta bandara. KRL harus menunggu gantian masuk stasiun utamanya di stasiun-stasiun besar seperti Stasiun Manggarai dan Stasiun Jatinegara yang juga menjadi stasiun transit bagi KRL.

Untuk menjawab problem tersebut, Kementrian Perhubungan mengebut proyek pembangunan double-double track (DDT) melalui pengoptimalan anggaran dan merubah metode kerja dengan menambahkan window time menjadi empat jam sehari untuk target penyelesaiaan yang akan maju dari 2022 ke 2020. Proyek pembuatan DDT masih terkendala pembebasan lahan di 30 titik. Pembebasan lahan ditargetkan selesai pada April 2019, dan pembangunan rel sampai Stasiun Bekasi selesai pada 2020.

Kereta Bandara Versus KRL
Khusus di jalur brown line(Tangerang-Duri PP), penambahan perjalanan kereta bandara mengakibatkan perubahan headway KRL yang tadinya 15 menit menjadi 30 menit, akibatnya penurunan jumlah perjalanan dari 90 menjadi 80 perjalanan. Perubahan peron di Stasiun Duri untuk kereta relasi Duri-Tangerang yang dilayani di peron 5, sedangkan kereta bandara di peron 3 atau 4.

Jadwal KRL terbaru relasi Duri-Tangerang. Sumber : PT KCI

Jadwal KRL terbaru relasi Tangerang-Duri. Sumber : PT KCI

Jadwal penambahan perjalanan jalur brown line di jam sibuk. Sumber : PT KCI

Penumpang KRL jalur brown line mengeluhkan kondisi ini. Penumpukan penumpang tak terhindarkan. Arus pergerakan penumpang di Stasiun Duri menjadi tersendat, karena terbatasnya akses perpindahan peron. Sementara ini, akses penyeberangan penumpang untuk berpindah peron ada di ujung utara peron, di ujung selatan, dan melalui eksalator. Ke depannya, akan ditambahkan tangga penyeberangan di bagian tengah peron.

Menurut Kepala Stasiun Besar Duri, Widy Aries Subiyanto, perpindahan relasi Duri-Tangerang dari peron 4 ke peron 5 karena adanya pembenahan sinyal seiring dengan penambahan jumlah perjalanan kereta bandara, dan penambahan jumlah rangkaian. Peron 5 dipilih karena panjang peron mampu mengakomodir KRL dengan 12 rangkaian kereta. Peron 4 hanya mampu untuk maksimal 8 kereta. Hal ini berkaitan dengan keselamatan penumpang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline