Lihat ke Halaman Asli

Musang Kesiangan

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam tak lagi ia pahami sebagai waktu
dan ruang segala hening mengada, tiada
entah kapan ia melipatnya menjadi amplop
dan ia masukkan kedalam kotak matanya

makam mana lagi rupa tadi pekertinya
toh setiap kali terjaga ia, masih dalam tidur
mimpi-mimpi menarik ekornya, ia marah
lalu mengeluh pada kuncup bunga matahari

aduhai cantiknya kuning setundun pisang
emas dipohonnya yang semampai-
wahai seribu mata kegelapan pergilah dari bulunya

ia, musang kesiangan nangis kedalam semak
memungut dutir embun petik bintang
dan mengais bulan buat makan siangnya

Yogyakarta, 12/9/2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline