Lihat ke Halaman Asli

Abdy Jaya Marpaung

Lihat, dengar, nulis

Tentang Sebuah Baju

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_273234" align="alignleft" width="300" caption="tentang baju"][/caption] Baju itu masih tergantung di tali yang terjulur di gudang belakang. Baju seorang sahabat yang sudah pergi merantau menemukan kehidupan baru dan jantung hatinya. Baju itu tidak istimewa buatku, tapi buat dia, itu menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Ups, jangan salah sangka. Dia bukan Superman, Spiderman atau sejenisnya yang diketahui lewat kostumnya. Ini hanya baju kaos yang banyak logonya. Baju hadiah dari sebuah lomba yang dimenanginya sebagai juara favorit. Itu lomba menulis, memenanginya menasbihkan dirinya sebagai penulis. Pasti dia akan tersenyum dan senang kalau dia tahu aku menyebutnya penulis. Baju itu tergantung di sana hampir dua bulan. Aku yang menggantungkannya karena tidak sengaja menemukannya di bawah lemari. Dulu dia pernah mengirim pesan padaku. Meminta agar baju itu dikirimkan via pos. Baju itu sangat berarti, katanya. Aku tau dia saat itu masih kekurangan baju disana. Tapi sekarang, dia mungkin terlupa atau sengaja melupakannya, karena hidupnya sudah sejahtera disana. Entah kenapa aku merasa tidak enak. Aku ingat baju ini karena 'diingatkan' seorang bapak. Bekerja di tempat yang sama denganku membuatnya tau segala tempat ini. Ketika mendengar suaranya dibelakang aku beranjak dari meja kerjaku. Ternyata dia menanyakan tentang baju itu. "Jack, ini baju siapa?" Tanyanya sambil membentang-bentangkannya di atas lengannya. Baju itu masih kelihatan baru. "Oh, itu baju Bang Zoel Pak. Kenapa?" "Masih dipakai nggak ya?" Aku tau dia mengingininya. Aku lalu menjelaskan kalau baju itu akan dikirimkan pada yang empunya dalam waktu dekat ini. Ah, aku memang selalu lupa, ingat pun aku malas melakukannya. Bapak itu menggantungkannya kembali, ada selaksa raut hampa diwajahnya. Dia mungkin sudah lama memperhatikan baju itu tergantung disitu dan tak ada seorangpun di tempat itu yang pernah memakainya. Jadi wajar dia menginginkannya. Entah kenapa aku seperti ingin saja menyerahkan baju itu padanya. Lalu aku akan menghubungi Bang Zoel kalau bajunya tidak kutemukan. Atau aku berterus terang saja. Dia pasti bisa memakluminya. Besok baju itu harus sudah aku pindahkan dari sana, menyimpannya atau menyerahkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline