Jakarta, Kompasiana - Dalam sebuah diskusi publik yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) sebuah organisasi islam yang bergerak dalam bidang dakwah dan kegiatan sosial keagamaan, menyebutkan bahwa DNI Islam itu adalah akhlak dan rahmat, bukan politik.
Hal tersebut disampaikan Islah Bahrawi sebagai narasumber dalam kajian rutin bulanan LADISNU. Topik diskusi adalah terkait ancaman radikalisme menjelang dan pasca gelaran pemilu 2024.
Diskusi tersebut digelar pada hari Rabu, (24/05/2023) di Kafe dan Resto Dapurempa Kantor LADISNU Jalan Antara No. 12 Pasar Baru Jakarta Pusat, Sebrang Masjid Istiqlal.
Dikutip dari Liputan9.id, Islah Bahrawi sebagai narasumber utama menyebut bahwa DNA Islam bukan politik, melainkan akhlak dan rahmat.
"Mengutip pernyataan Imam As-Suyuthi yang mengatakan kitab tentang Rasulullah mewariskan suksesi adalah berbohong karena sanadnya tidak jelas," ujar Direktur Ekskutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI)
"Rasulullah tidak pernah mewariskan penggantinya dengan isyarat Rasulullah tidak akan mewariskan Islam untuk politik. Terbukti kemudian ketika politik digandeng paksa dalam Islam yang terjadi adalah konflik sesama orang Islam," imbuhnya.
Acara diskusi tersebut disiarkan secara langsung melalui Channel Youtbue NU Channel, TV LADISNU dan media sosial LADISNU lainnya.
Sementara itu Ketua Umum LADISNU KH. Agus Salim HS mengatakan bahwa diskusi atau kajian ini perlu dilaksanakan mengingat pentingnya informasi dan pengetahuan terkait ancaman radikalisme, pragmatisme politik, dan intrik politik yang menjadikan agama sebagai alat kepentingan sesaat.
"Tema Radikalisme dan Ancaman Kebangsaan di Indonesia Pasca Pemilu 2024, sangat penting untuk diangkat agar masyarakat dapat memahami dan para politisi, tokoh agama, pimpinan ormas dapat mengantisipasinya," ujar Kiai Agus.
Hal itu bisa dipertegas dengan tulisan Gus Islah di akun Twitter pribadinya mengenai pembunuhan demi pembunuhan di eropa yang terjadi karena intrik politik.