Lihat ke Halaman Asli

Manusia Wajib Menjadi Guru

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MANUSIA WAJIB MENJADI GURU
(Catatan Refleksi Hari Guru Nasional 25/11/2014)
Oleh: Abdush Shobur

Guru secara formal diartikan sebagai seorang yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mendidik siswa di dalam sebuah lembaga pendidikan dengan segala macam aktivitas mengajarnya. Menjadi guru bagi kita saat kanak-kanak dulu mungkin menjadi sebuah cita-cita yang sangat mulia. Tidak jarang di antara kita (ketika kecil), bahkan anak-anak saat ini, ketika ditanya kalau sudah besar mau jadi apa, mereka menjawab "mau jadi guru". Guru bagi mereka, atau mungkin bagi kita semasa kanak-kanak adalah sosok yang luarbiasa. Ia bagaikan malaikat tanpa sayap, penuh dengan senyumnya akan memberikan hadiah untuk anak-anak yang baik dan patuh terhadap titahnya.

Segala macam pandangan keindahan dan kebahagiaan seorang guru di saat kita kecil itu, ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan kesejahteraan yang didapat oleh para pahlawan tanpa tanda jasa itu. Tidak jarang kita mendengar gaji seorang guru yang masih berstatus honorer sangatlah minim. Sebagai seorang yang juga pernah berkecimpung di dalam dunia keguruan, keadaan ini sungguh sangatlah miris. Seorang guru yang menjadi ujung tombak bagi pencerdasan tunas-tunas bangsa ini justru nasibnya tak karuan. Namun, alhamdulillan dengan seiringnya waktu, kepedulian pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun daerah semakin menunjukkan pencerahan.

Pengertian guru dalam perspektif formal itu tentulah memiliki makna yang sempit. Hal ini mengingat tugas seorang guru, yakni mendidik, maka kewajibannya tidaklah hanya menyampaikan materi-materi kepada anak didiknya agar mendapatkan nilai yang bagus tanpa dibarengi dengan peningkatan aspek afektif dan psikomotoriknya. Oleh karenanya, menurut hemat penulis, definisi guru secara luas adalah mereka yang mampu memberikan pengaruh kepada anak didiknya. Anak didik dalam arti luas juga adalah mereka yang mendapatkan pengaruh positif atas pendidikan yang dilakukan oleh seorang guru, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan murid (anak didik) tidak selalu harus berumur lebih muda daripada gurunya. Adagium "ambillah hikmah dari setiap pengucapan yang baik, tanpa terlalu mempertimbangkan siapa yang mengucapkannya" sangatlah tepat pada konteks ini. Yang muda bisa belajar dari yang tua, begitu pun sebaliknya, tanpa menghilangkan adab sopan santun tentunya.

Dalam pandangan agama (Islam) sendiri, memberitahu, memperingati dan mendidik untuk menjadi pribadi yang lebih baik juga menjadi kewajiban setiap muslim. Menasehati dalam kebenaran dan kesabaran adalah salah satu di antaranya. Allah Swt. berfirman; "...Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran" (TQS. Al-Ashr, 103 : 3). Dalam konteks ini, esensi untuk mengajak kepada perbaikan atas segala aspek (kognitif, afektif dan psikomotorik) telah sejalan dengan tugas guru itu sendiri.

Pengertian lain atas "guru" dalam perspektif fungsi & tanggung jawabnya juga adalah sebagai seorang pemimpin. Dalam hal ini, seorang guru memiliki tanggung jawab (memimpin) untuk mengawal, mengawasi, dan mendidik muridnya untuk menjadi sebaik-baiknya manusia yang berkepribadian mulia dengan nilai-nilai intelektual, emosional, maupun spiritualnya yang baik. Seorang guru dalam perspektif ini, memiliki tanggung jawab moral untuk menuntun anak didiknya atau yang ditanggungjawabkan kepadanya untuk mampu mengoptimalkan segala macam potensi yang telah diberikan oleh Tuhan yang semuanya itu akan berujung kepada kesempurnaan sebagai manusia, atau dalam konsep agama disebut insan kamil. Dalam konteks ini, penulis teringat sebuah hadits yang menunjukkan bahwa semua manusia memiliki tanggung jawab untuk menjadi seorang guru. Hadits itu berbunyi; "”Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian punya tanggungjawab atas apa yang dipimpinnya”.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, sangatlah jelas bahwa seluruh manusia telah diberikan tanggung jawab oleh Tuhan untuk menjadi seorang guru yang sejati, yakni mereka yang mendidik manusia untuk senantiasa memperbaiki dan mengoptimalkan segala potensi yang telah diberikan oleh Tuhan, baik itu nilai intelegensinya, emosionalnya, ataupun spiritualnya. Sebagai seorang guru juga hendaknya percontohan dengan tindak tanduknya adalah metode pengajaran yang paling efektif. Dan, kita sebagai manusia, terlebih yang mengaku beragama Islam memiliki kewajiban itu, paling tidak untuk adik kita, anak kita, teman, saudara, ataupun siapa saja yang telah menjadi tanggungan kita.

Selamat hari guru. Semoga beliau-beliau senantiasa diberikan panjang umur, senantiasa dalam keadaan yang sehat, bahagia, sejahtera, & bertaqwa. Ketulusan dan pengabdianmu meskipun tak tertandajasakan, namun setidaknya keyakinan Tuhan Yang Maha Kasih yang tidak pernah tidur lebih dari cukup untuk membalas segala kebaikanmu. Salam takdzim dari anak didikmu ini. :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline