Lihat ke Halaman Asli

Lebih Cepat Lebih Baik: Muda, Manfaatkan Waktu, Tua Mulia, Mati Masuk Surga

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LEBIH CEPAT LEBIH BAIK:

Muda, Manfaatkan Waktu, Tua Mulia, Mati Masuk Surga

Oleh: Abdush Shobur

“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia" (Ir. Soekarno).


Kalimat di atas adalah kata mutiara yang diserukan oleh pendiri sekaligus Presiden pertama negara ini. Kalimat itu tidak hanya sekadar kalimat basa basi. Sesungguhnya, kata mutiara itu memiliki arti yang sangat dalam dan memiliki kekuatan yang sangat menakjubkan.

Iya, “pemuda” adalah masa emas, segala potensi dan kekuatan masih optimal jika digunakan. Apalagi jika kita tarik jauh, bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang telah dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai macam kelebihan-kelebihan jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain. Maka, sesungguhnya tugas sebagai khalifah di muka bumi ini, sudah semestinya dioptimalkan di masa muda. Masa muda adalah di mana segala potensi masih produkti. Yang muda yang harus berkarya, belajar, berperan dan bermanfaat untuk bangsa dan negara ini sebelum tua dan energi kita tidak seperti masa muda lagi.

Tuhan suka dengan orang tua yang bertaubat, tetapi jauh lebih suka dengan anak muda yang bertaubat. Tuhan suka dengan orang tua yang beribadah, tetapi jauh lebih suka dengan anak muda yang beribadah. Tuhan suka dengan orang tua yang cinta terhadap tempat ibadah, tetapi jauh lebih suka dengan anak muda yang hatinya cinta dan dekat dengan tempat ibadah, dan seterusnya. Maka, dari segi apapun, dari sudut pandang apapun, seharusnya waktu muda digunakan untuk bergerak lebih cepat, memanfaatkan waktu yang ada, meningkatkan dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya.

Secara spesifik, kita harus belajar, berjuang, berkarya dan memberi manfaat dari bidang yang kita sukai. Saya suka dengan dunia pendidkian, sosial dan agama, maka saya ingin belajar terus, membuat manfaat untuk orang lain dan kelak akan membuat yayasan yang konsen dalam pendidikan, sosial dan agama. Cita-cita terbesar saya adalah mendirikan pondok pesantren dan lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi yang berkualitas dengan biaya yang relatif murah, bahkan jika perlu, gratis.

Dan saya kira mumpung masih muda, maka harus terus bergerak cepat untuk meraih segala apa yang dicita-citakan. Karena masa muda adalah masa produktif, maka seharusnya yang muda yang berkarya, yang muda yang belajar, dan terus memanfaatkan kesempatan yang ada sekarang, tidak hari esok, lusa, dan seterusnya, tetapi sekarang, karena waktu kita adalah sekarang. Esok belum tentu kondisinya sama seperti saat ini. Dan ingat waktu tidak akan bisa terulang, maka jangan menunda-nunda pekerjaan, tetapi gunakan kesempatan yang ada sekarang agar esok tak menyesal.

Jangan pernah menyerah pada keadaan, tetapi yakinilah pada potensi diri dan terus bergerak secepatnya demi kebahagiaan hakiki seraya meminta kekuatan pada Tuhan agar kemudahan akan kita rasakan dalam menjalaninya. Sebagai contoh, meskipun saya lahir dari orang tua yang memiliki ekonomi rendah, tetapi saya tidak takut untuk memiliki mimpi-mimpi yang besar. Saya akan terus belajar, berkarya, memanfaatkan waktu yang ada, agar dapat memberi manfaat untuk orang lain sebanyak-banyaknya, terutama untuk kedua orang tua.

Saya punya prinsip, bahwa Tuhan yang mewajibkan kita untuk belajar, dan Tuhan juga yang menakdirkan saya lahir di keluarga yang secara ekonomi rendah, meskipun demikian, masa iya Tuhan Yang Maha Kaya tidak bisa memberi jalan kepada saya untuk belajar dan terus belajar demi kemanfaatan untuk orang lain sebagai wujud ketaqwaan atas perintah Tuhan?!. “Yaqin BISA”.

Setidaknya, hal di atas sudah saya alami ketika saya berusaha keras untuk menempuh kuliah S1 di salah satu perguruan tinggi negeri Islam di Kota Cirebon. Saat itu, saya harus membiayai seluruh keperluan dan kebutuhan kuliah saya, semuanya. Sembari kuliah, saya mencari rezeki untuk membiayai kuliah saya. Tidak hanya itu, saya pun aktif di berbagai organisasi, baik di ekstra, intra, maupun di masyarakat umum. Empat tahun tidak terasa, akhirnya saya lulus tepat waktu, diwisuda sebagai Sarjana dengan nilai yang memuaskan dan membuat kedua orang tua menangis terharu atas keberhasilan yang diraih oleh anaknya. Itu kesuksesan terbesar yang saat ini saya rasakan atas hasil kerja keras, terus bergerak lebih cepat, memanfaatkan waktu seoptimal mungkin, dan disertai do’a dari kedua orang tua.

Masa muda adalah masa emas. Maka pergunakanlah masa emas itu sebelum nanti berkarat. Hindari ucapan nanti. Kurangi berbicara perbanyak bekerja. Mumpung masih diberi waktu, maka manfaatkan mudamu sebelum datang waktu tuamu. Jangan harap akan bahagia dan mulia saat waktu tuamu jika waktu mudamu dipakai untuk hura-hura. Jangan harap engkau akan masuk Surga jika waktu hidupmu dipakai tanpa guna. Bergeraklah terus, manfaatkan waktu mudamu, agar tua akan bahagia dan mulia, dan kelak jika kita mati akan masuk Surga. Bergeraklah, lebih cepat lebih baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline