Lihat ke Halaman Asli

Resilience in Nature : Adapting to Enviromental and Economic Change

Diperbarui: 28 September 2024   02:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Moderator : Muhammad Haikal

Narasumber : Ady Saiman

21 September 2024, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, namun kekayaan tersebut membuat negara ini menghadapi tantangan serius dalam menjaga kelestariannya. Dalam beberapa dekade terakhir, kerusakan lingkungan semakin parah, mulai dari deforestasi, polusi udara, hingga pencemaran air. Tekanan ekonomi dan pertumbuhan industri yang tidak memperhatikan keberlanjutan lingkungan memperburuk keadaan ini.

Tingkat Deforestasi yang Tinggi di Indonesia

Indonesia termasuk negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia. Alih fungsi lahan untuk perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur menjadi faktor utama hilangnya hutan. Menurut laporan Global Forest Watch, jutaan hektar hutan hilang setiap tahun. Hilangnya hutan tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati, tetapi juga memperburuk perubahan iklim.

Ady Saiman, seorang aktivis lingkungan dari Komunitas Peduli Ciliwung, menjelaskan bahwa deforestasi di daerah aliran sungai merusak ekosistem air dan memperparah pencemaran. "Ketika hutan ditebang, erosi tanah meningkat, menyebabkan sedimen masuk ke sungai seperti Ciliwung, yang berdampak pada kualitas air dan habitat di dalamnya," ungkap Ady.

Sampah Plastik di Laut: Ancaman Serius

Selain deforestasi, Indonesia juga menghadapi masalah besar dengan limbah plastik. Laut Indonesia, yang kaya akan keanekaragaman hayati, kini terancam oleh meningkatnya volume sampah plastik. Indonesia diperkirakan sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Limbah ini tidak hanya merusak ekosistem laut, tetapi juga membahayakan satwa laut seperti penyu, ikan, dan burung yang sering terjerat atau salah mengira plastik sebagai makanan.

"Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik di darat terbawa ke sungai, termasuk Ciliwung, dan berakhir di laut. Meskipun ada kegiatan pembersihan rutin, jumlah sampah terus bertambah karena manajemen limbah yang buruk dan pola konsumsi yang tidak berkelanjutan," jelas Ady.

Kerusakan Lingkungan: Polusi Udara dan Air

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline