Selepas shalat tarawih biasanya kami kongkow di serambi masjid Al Husain RW 04 Telagamurni Cikarang barat, sambil menikmati secangkir kopi hitam penghangat badan dan kepulan asap dari jenis merek rokok. Ada yang menarik dari cerita kawan ketika dia bercerita, bahwa istrinya setiap Ramadlan tiba selalu berkomentar "Ayah kalau Ramadlan saja jadi bener".
Memang tidak kita pungkiri bahwa Ramadlan menciptakan kita gemar untuk beribadah, begitu bergairah beramal kebajikan, namun sayang ketika Ramadan usai, selesai pula semangat tersebut, semangat tersebut pupus seakan tidak berbekas.
Ada beberapa faktor, penulis menyimpulkan, mengapa di bulan Ramadlan kita menjadi pribadi yang gemar beribadah, diantaranya :
1. Ramadlan merupakan kewajiban selama sebulan penuh
2. Euforia umat islam begitu besar dalm melaksanakannya
3. Banyaknya pahala yang dijanjikan Allah
4. Beragamnya amal ibadah yang akan memperoleh pahala
Dari keempat faktor tersebut menstimulan umat islam berlomba lomba memperbanyak ibadah, dan klimaksnya tatkala idul fitri sebagai fhinisnya, maka keempat faktor tersebut sudah tidak berfungsi kembali pada jiwa.
Maka perlu untuk menanamkan pada diri bahwa Idul fitri bukan akhir dari perjalanan ibadah kita, tetapi langkah awal kita setelah digembleng dalam tarbiyah Ramadlan. wallahu a'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H