Ada hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh sahabat umar, tentang pertanyaan malaikat jibril yang datang ke majlis Rosulullah dengan menyerupai seorang yang tampan, bersih putih bajunya, hitam legam rambutnya dan tidak nampak bekas perjalanan jauh dalam dirinya. hadits ini di dalam syarah kitab al arba'in nawawi diterangkan sebagai hadits yang agung dan merupakan induk dari sunah sebagaimana al fatihah merupakan induknya alquran, karena dalam hadits tersebut mencakup semua prinsip-prinsip agama islam.
Salah satu pertanyaan malaikat Jibril adalah tentang ihsan, maka Rasulullah saw menjawab :
artinya : hendaklah kamu beribadah kepada Allah seakan akan kamu melihatNya, apabila tidak dapat melihatNya maka ketahuilah bahwa Allah melihatmu.
Memang pengertian ihsan tersebut ringan diucapkan tetapi berat dalm pengamalannya, sebagai contoh dalam melaksanakan sholat dari takbiratul ihram hingga salam cuma berapa persen saja kita melaksanakan sholat dengan konsep ihsan, mungkin dan bahkan dalam limit nol koma sekian.
Namun dalam momentum ramadlan ini, sadar atau tidak disadari kita telah melaksanakan konsep ihsan, karena kita menahan makan minum dan hal-hal yang membatalkan puasa dari matahari terbit hingga terbenam, kita mampu menahannya meski kita berada dalam tempat yang sepi, tempat yang tidak ada mata yang memandang, namun kita mampu menahan rasa lapar dan dahaga, karena tanpa kita sadari dalam hati kita bahwa Allah Maha melihat kita, walaupun dalam konteks bahasa kita takut batal.
Oleh karena itu marilah kita pergunakan momentum puasa ini sebagai latihan dan mujahadah kita dalam merengkuh ihsan, karena dalam bulan ramadlan beragam ibadah kita laksanakan dengan porsi lebih dan beragam ibadah. Marilah dalam setiap ibadah-ibadah dalam bulan ramadlan ini kita latih diri dengan ihsan, bukan hanya dalm berpusanya saja. Mudah-mudahan tatkala Ramadlon lewat kita semakin terbiasa dalam beribadah dengan hati yang ihsan.
